Polhukam.id – Beredar kabar di media sosial yang mengatakan bahwa Tiongkok telah menargetkan 100 juta penduduk Indonesia tewas dengan vaksin.
Informasi ini disebarkan oleh salah satu akun pemilik akun Facebook Solid Lawan Covid-19 pada Oktober 2020.
Namun, berdasarkan pemeriksaan fakta dari Antara, pada Sabtu 7 November 2020, narasi Tiongkok yang telah menargetkan secara sengaja 100 juta penduduk Indonesia tewas dengan vaksin buatannya adalah salah atau hoaks.
Narasi tersebut, bukan hanya di aplikasi Facebook, narasi berisi target kematian 100 juta warga Indonesia oleh Tiongkok itu juga tersebar pula lewat pesan berantai aplikasi WhatsApp.
“Hati-hati vaksin bisa membunuh jiwa. Cina menargetkan 100 jt penduduk indonesia mati melalui vaksin cina. Jangan ada yg mao divaksin. Biar cina bangkrut ini bisnis WHO. Yahudi nasoroh cina. Yg jadi tujuan umat Islam. Kita wajib waspada. Negara di Rezim jokowi jadi amburadul. Lengserkan jokowi pemimpin keblingeerrrr,” demikian isi narasi yang beredar di WhatsApp.
Faktanya, hingga Sabtu, 7 November 2020, tidak ditemukan satu pun pernyataan resmi yang dimuat media arus utama ataupun sumber resmi lain, terkait target kematian 100 juta warga Indonesia oleh Tiongkok melalui vaksin produksi mereka.
Terkait penanganan COVID-19 di Indonesia, pemerintah tidak hanya mengandalkan satu sumber vaksin, mengacu pada laman covid19.go.id.
Selain Sinovac dari Tiongkok, pemerintah Indonesia juga menjajaki kerja sama dengan perusahaan farmasi lain seperti Pfizer, Johnson and Johnson, Astra Zeneca, dan Cansino Biologics, serta beberapa perusahaan farmasi lain.
Khusus vaksin Sinovac, vaksin dari Tiongkok itu telah memasuki uji klinis fase tiga. Bukan hanya di Indonesia, uji klinis Sinovac juga dilakukan di Turki dan Brazil.
Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin COVID-19 dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Prof Kusnandi Rusmil Sp AK MM mengatakan tidak ada hal-hal yang mengkhawatirkan dari uji klinis fase tiga vaksin Sinovac hingga saat ini.
“Kalau sudah lulus tahap tiga, vaksin bisa digunakan dan diperjualbelikan,” kata Kusnandi.
Menurut dia, para relawan yang telah mengikuti imunisasi Vaksin Sinovac akan terus dipantau hingga enam bulan ke depan.
Kusnandi juga menuturkan dari sekian banyak imunisasi yang dilakukan di Indonesia, kemungkinan terjadi reaksi yang berat seperti pingsan habis diimunisasi sangat kecil, dengan kejadiannya adalah 0,1 sampai satu kejadian dari sejuta orang yang diimunisasi. (*)
Komentar Anda