Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said membongkar peran Presiden ke-7 Joko Widodo dalam menguapnya kasus Papa Minta Saham pada 2015 lalu, yang nyaris saja menjerat pengusaha minyak Muhammad Riza Chalid.
Sudirman, dalam podcast Terus Terang di channel Youtube Mahfud MD, mengatakan meski sejak awal diminta Jokowi untuk memberantas mafia minyak di Indonesia, tapi Jokowi pula yang kemudian mengisyaratkan agar kasus tersebut tak diperpanjang.
Riza Chalid dibahas kembali setelah ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaa Agung dalam kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah Pertamina. Ini adalah kali pertama Riza Chalid dijerat hukum, setelah berkali-kali lolos dalam beberapa kasus.
Pada awalnya, Sudirman bercerita ia sempat melihat harapan ketika Jokowi menunjuknya sebagai Menteri ESDM. Sebagai eks pegawai Pertamina yang pernah bertugas untuk membereskan mafia dari dalam, ia mengetahui betul para pemain yang mengatur bisnis haram di Pertamina.
Ketika itu Sudirman langsung bergerak melakukan audit terhadap Petral, perusahaan yang dikendalikan Riza Chalid. Ujungnya, Petral kemudian dibubarkan di era Presiden Jokowi.
Lalu ketika rekaman percakapan antara Riza Chalid dan Setya Novanto - yang belakangan dikenal dengan julukan Papa Minta Saham - juga diperoleh, Sudirman mendapat restu Jokowi untuk mengusut tuntas kasus yang di dalamnya Riza Chalid dan Setya Novanto mencatut nama presiden untuk meminta sejumlah saham Freeport.
Tetapi ketika rekaman itu diputar di Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) di DPR dan menjadi pusat perhatian publik, Jokowi mulai terganggu.
"Tetapi di tengah proses itu, tiba-tiba saya dipanggil presiden, Pak Jokowi. Saya ingat, itu hari Jumat. Karena berhentinya pertemuan karena azan salat Jumat," kenang Sudirman dalam podcast yang tayang perdana Selasa (15/7/2025).
Dalam pertemuan itu, tutur Sudirman, Jokowi dan dirinya duduk berhadap-hadapan. Sudirman mengatakan posisi itu tidak seperti biasaya. Soalnya, Jokowi biasayanya duduk di kepala meja, sementara para menteri di bagian samping.
"Gesture-nya memang sudah tidak bersahabat. Tidak nyaman," kenang Sudirman.
Ia mengatakan dalam pembicaraan itu, Jokowi berbicara sambil menutup mulut menggunakan salah satu tangannya.
"Ini terang-terangan saja, siapa di balik ini semua?" kata Sudirman, menirukan pertanyaan tajam Jokowi dalam pertemuan empat mata itu.
Sudirman yang terkejut, tidak segera merespons. Ia menarik napas panjang, sebelum menjawab atasannya itu.
"Pak Presiden, tidak ada yang memerintahkan. Ini adalah murni tanggung jawab saya sebagai profesional yang ditugasi membersihkan sektor ini. Dan seluruh langkah-langkah ke MKD, ke KPK itu sudah konsultasi dengan Pak Presiden dan Wakil Presiden," Sudirman mengulang jawabannya ketika itu, sembari berharap emosi Jokowi mereda.
Tetapi jawaban itu, demikian kata Sudirman, justru membuat Jokowi semakin meradang. Presiden ketika itu mengulang pertanyaan yang sama, dengan suara lebih keras.
"Enggak. Terus terang saja siapa yang menyuruh ini," Sudirman kembali mengulang pertanyaan Jokowi.
Sudirman kemudian menggunakan pendekatan lain agar bosnya tak lagi emosi, yakni menjawab dengan bahasa Jawa.
"Mboten, mboten Pak Presiden. Ini betul-betul tindakan saya sebagai penanggung jawab sektor," terang Sudirman.
Ia menduga, pertanyaan Jokowi itu bermula dari adanya dugaan bahwa dirinya digerakkan oleh orang atau kelompok yang lebih besar.
Sudirman mengakui ada dugaan bahwa ia merupakan kaki tangan wakil presiden ketika itu, Jusuf Kalla yang selain pengusaha, juga politikus Golkar sama seperti Setya Novanto.
Ia juga dekat dengan eks Dirut Pertamina, Ari Sumarno. Pada saat Ari menjabat sebagai orang nomor satu di Pertamina, Sudirman diminta untuk membereskan perusahaan minyak negara tersebut.
Kepada Jokowi, Sudirman menjelaskan ia memang berdiskusi dengan para tokoh senior tersebut, tetapi tidak satu pun dari mereka yang mengintervensi urusan kementerian.
"Bahkan kalau Bapak curiga mengenai Pak Wapres, tidak pernah sekalipun saya dipanggil Pak Wapres Yusuf Kalla untuk membicarakan bisnis beliau," pungkas Sudirman, yang kemudian membuat emosi Jokowi mereda.
Dalam kesempatan itu, Sudirman juga mengeluh pada Jokowi soal komentar Luhut Binsar Panjaitan - salah satu sekutu presiden dan anggota kabinet - di sebuah koran yang mengatakan ada "plot" di balik kasus Papa Minta Saham.
Tetapi jawaban Jokowi membuat Sudirman tercengang dan kehabisan kata.
"Oh iya, Pak Luhut harus berbicara seperti begitu karena kan temannya (Setya) Novanto," Sudirman lagi-lagi mengulang kata-kata Jokowi.
Tetapi yang lebih mengejutkan lagi, adalah ketika Jokowi akhirnya mengakui ia gentar menghadapi duo Riza Chalid dan Setya Novanto. Ketakutan itu disampaikan Jokowi saat mewanti-wanti Sudirman soal risiko dalam kasus Papa Minta Saham.
"Beliau mengatakan, pokoknya hati-hati saja karena ini kan yang namanya pekerjaan enggak ada yang sempurna, pasti ada risiko-risiko," terang Sudirman.
Kemudian Jokowi, yang saat itu masih menjabat sebagai presiden, kepada Sudirman Said mengatakan sebagai berikut:
"Ya itu nanti bagaimana? Novanto kan orang kuat. Sendirian saja kuat. Riza Chalid juga orang kuat. Kalau bersatu (bagaimana)?"
Sudirman mengatakan hal ini perlu diungkap ke publik saat ini, agar Presiden Prabowo Subianto bisa mengambil pelajaran. Karena Jokowi ketika itu, dengan power atas polisi, kejaksaan, intelijen dan militer, bahkan gentar di hadapan Riza Chalid serta Setya Novanto.
Sumber: suara
Foto: Sudirman Said saat masih menjabat sebagai Menteri ESDM membongkar skandal Papa Minta Saham yang melibatkan Muhammad Riza Chalid dan Setya Novanto. Di tengah jalan, ia dimarahi oleh Presiden Joko Widodo. [Suara.com]
Artikel Terkait
HEBOH! Lord Rangga Muncul Kembali Usai 3 Tahun Wafat, Petinggi Sunda Empire Ternyata Masih Hidup?
Video Lord Rangga yang Muncul dengan Pakaian Serba Putih Ternyata Bukan Dibuat Tahun 2025? Ramai Disebut Masih Hidup
Tok! Prabowo Putuskan Upacara HUT ke-80 RI Digelar di Jakarta, Bukan IKN
Geger! Lord Rangga Muncul Kembali Usai 3 Tahun Wafat, Petinggi Sunda Empire Ternyata Masih Hidup?