"Cadangan devisa pada akhir Mei 2022 tercatat US$135,6 miliar setara dengan lebih dari enam bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Serta jauh di atas utang luar negeri Indonesia yang jatuh tempo dalam satu tahun," ujar Sri Mulyani di hadapan anggota DPR, Selasa (5/7/2022).
Akan tetapi, Bank Sentral AS menaikkan suku bunga acuan dengan agresif, sehingga hal tersebut lebih menarik di mata investor. Pelemahan nilai tukar yang disebabkan oleh hal tersebut juga dialami oleh banyak negara, bahkan bisa lebih buruk.
Lebih lanjut, Sri Mulyani menjelaskan, capital flow yang terjadi dan dengan rate The Fed maka sebagian orang akan mencari tempat di mana orang tersebut menganggap interest rate-nya lebih tinggi.
"Hal ini yang harus kita kelola, baik 2022 maupun 2023," ujarnya.
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid