Salah satu tujuan lomba tersebut adalah untuk memberdayakan masyarakat, mengajak wanita-wanita di kampung berkegiatan agar mendapat penghasilan tambahan. Pada lomba ini, Ida mengusulkan memulai usaha pakaian Wanita dengan mengadopsi Teknik ecoprint dengan nama Ecoprint Girly Lestari.
"Awalnya Surabaya Smart city ini kan di kampung, sebenarnya bukan saya yang menggagas ecoprint ini. Jadi, saya sama Bu RT membuat apa gitu di kampung yang sekiranya sama warga bisa bareng-bareng, terus ada lomba SSC tahun 2019 kami buat ecoprint untuk menunjukkan keunggulan atau usaha yang dimiliki kampung kami," kata Ida, mengutip siaran pers BRI di Jakarta, Selasa (14/6/2022).
Saat itu hasil produk ecoprint di kampungnya menjadi daya tarik wisatawan yang datang. Seiring berjalannya waktu, Ida melihat ada potensi yang bisa dikembangkan melalui kerajinan ecoprint ini. Jadi, dia memutuskan membuka usaha sendiri di tahun 2019, meski saat itu usahanya belum memiliki izin resmi.
Selang setahun kemudian, tepatnya tahun 2020 akhirnya Ida memiliki izin usaha ecoprint. "Biar tetap jalan dan tidak mengandalkan penjualannya ketika ada tamu saja datang ke kampung baru kejual, saya pikir harus punya izin-izin agar bisa masuk ke sentra-sentra UKM. Jadi, saya urus izinnya biar penjualannya bisa continue juga,” ujarnya.
Perempuan asal Surabaya ini menjelaskan, ecoprint adalah seni mencetak daun, bunga, akar, kayu di atas kain, dan bisa dijadikan produk fashion, craft, dan home decor. Dari sini, dia berkomitmen untuk menghasilkan produk-produk zero waste guna mengurangi limbah dan menghasilkan produk yang ramah lingkungan.
Untuk modal, terbilang masih sedikit yaitu Rp3 juta saja yang dipakai untuk membeli bahan-bahan membuat ecoprint, mulai dari kain dan pewarna alam, tapi itu tidak termasuk peralatan. Lebih lanjut, karena usaha ecoprint ini bukan murni hasil gagasan Ida, produksinya masih dibantu warga setempat. Ada 1-2 orang yang membantu. Mereka akan mendapatkan upah ketika ada barang yang terjual.
"Kayak komisi, kami gak gaji tiap bulan. Pokoknya kalau ada yang laku saya kasih (ke yang membantu). Jadi tidak terikat," ujarnya.
Adapun produk-produk yang dijual dari hasil ecoprint, yang paling murah adalah masker dijual seharaga Rp20.000 per pcs. Sementara, produk termahal adalah ecoprint baju dengan kisaran harga Rp350.000 hingga Rp400.000.
Perempuan asal Surabaya ini mengungkapkan, ciri khas hasil produk ecoprint yang dibuatnya terletak pada warna yang cerah. Biasanya, ecoprint itu menyerupai batik. Namun, untuk mencegah hal itu, ia memilih beragam warna agar lebih menarik konsumen.
Artikel Terkait
Dapat Info dari KPK, Faisal Basri Sebut Bobby - Airlangga Terlibat Penyelundupan Nikel Rugikan Negara Ratusan Triliun
Robohkan Mimpi Jokowi dan Prabowo, IMF Klaim Pertumbuhan Ekonomi Indonesia hanya 5,1 Persen
Anggaran Upacara HUT RI Bengkak, Jokowi Anggap Wajar
BREAKING NEWS: Harga BBM Pertamax Naik Jadi Rp 13.700 per Liter