POLHUKAM.ID - Nasib mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim yang disebut sebagai 'tahanan' dalam negara usai dicegah ke luar negeri oleh Kejaksaan Agung (Kejagung) terkait kasus dugaan korupsi pengadaan laptop Chromebook kini diujung tanduk.
Pemeriksaan pada 23 Juni 2025 silam selama 12 jam, dari jam 09.10 WIB hingga 21.00 WIB ternyata belum membuat penyidik gedung bundar Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) puas atas kesaksiannya.
Alhasil, Kejagung kembali menjadwalkan pemeriksaan tersahadap mantan anak buah Jokowi itu pada Selasa, 15 Juli 2025 usai tidak memenuhi pemeriksaan pada 8 Juli 2025 lalu.
Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung, Harli Siregar, mengonfirmasi jadwal tersebut dan menekankan pentingnya kehadiran Nadiem untuk kelancaran proses penyidikan.
"Kita mengharapkan kehadiran yang bersangkutan sesuai dengan surat panggilan," kata Harli di kompleks Kejaksaan Agung RI, Jakarta Selatan, Jumat (11/7/2025) kemarin.
Menurut Harli, banyak sekali hal yang perlu digali kepada Nadiem itu. "Banyak hal yang akan digali," tegasnya.
Pun, pemeriksaan kedua ini dilakukan di tengah langkah-langkah penyidikan yang semakin intensif.
Bersamaan dengan penjadwalan ulang pemeriksaan Nadiem, tim penyidik dari Direktorat Penyidikan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) juga telah bergerak menggeledah Kantor Gojek Tokopedia (GoTo) di Jalan Iskandarsyah, Jakarta Selatan, pada Selasa (8/7/2025).
Menurut Harli, dari penggeledahan tersebut penyidik menyita sejumlah barang bukti potensial, termasuk dokumen dan flashdisk.
Seluruh barang bukti itu kini tengah dianalisis untuk menemukan informasi baru.
"Kita harapkan ada berbagai informasi yang bisa dijadikan untuk memperkuat dari pembuktian proses penyidikan," harapnya.
Menyoal itu, PT Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menyatakan menghormati proses hukum yang tengah berjalan di Kejagung.
“GOTO menghormati proses hukum yang sedang berjalan sebagai bagian dari upaya penegakan hukum,” kata Direktur Public Affairs dan Communications GOTO Ade Mulya dalam keterangannya, Jumat (11/7/2025).
Ade mengatakan GOTO akan bersikap kooperatif dan mengikuti arahan dari pihak berwenang.
Dia juga memastikan GOTO selalu mengedepankan transparansi dan akuntabilitas.
“Sebagai perusahaan publik, kami selalu mengedepankan asas tata kelola perusahaan yang baik, akuntabel, dan transparan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku,” katanya.
Jejak Nadiem di GOTO Misterius
Meski belum diketahui kaitan GOTO dengan kasus dugaan rasuah yang tengah disidik Kejagung itu, namun ada satu dimensi lain yang perlahan kembali mencuat, ke mana perginya saham Nadiem di Gojek yang kini menjadi GOTO?
Pertanyaan ini menarik karena menyangkut potensi kekayaan pribadi sang mantan menteri, dan bagaimana ia berperan atau justru tidak dalam peta kepemilikan salah satu startup terbesar di Indonesia.
Awalnya, Nadiem memang pendiri Gojek, dan dari data Ditjen AHU per Oktober 2018 dia tercatat memegang 58.416 lembar saham atau 4,81% dari modal disetor Gojek kala itu yang sebesar 1,21 juta lembar.
Namun menurut data lanjutan dari Momentum Works, Nadiem diketahui juga memegang saham seri D, E, dan I, biasanya diberikan kepada pendiri dalam putaran lanjutan.
Di sinilah muncul angka 20,5% sebagai estimasi kepemilikan final Nadiem terhadap Gojek sebelum merger.
Angka ini pun cukup konsisten dengan berbagai laporan internal Gojek sebelum tahun 2019 yang menyebutkan bahwa Nadiem adalah pemegang saham terbesar di antara para founder dan early executives.
Masuk ke tahun 2021, Gojek resmi merger dengan Tokopedia, membentuk entitas baru bernama PT GOTO .
Dalam struktur merger ini, Gojek mendapat jatah 58%, sedangkan Tokopedia 42%.
Maka, secara matematis, kepemilikan Nadiem otomatis terdilusi = 20,5% × 58% = 11,89% kepemilikan di GOTO.
Setelah merger, GOTO melangkah ke bursa dengan IPO pada April 2022. GoTo menerbitkan 46,7 miliar saham baru, sekitar 4,35% dari total saham pasca-IPO.
Ini membuat semua pemegang saham lama mengalami dilusi. Kepemilikan Nadiem, jika tidak berubah, turun jadi = 11,89% × 95,65% = 11,37%.
Di Oktober 2023, GOTO kembali menerbitkan 17,04 miliar saham dalam aksi private placement, menyumbang dilusi sekitar 1,4% lagi.
Maka sisa kepemilikan Nadiem kembali terkikis menjadi: 11,37% × 98,6% = 11,21%.
Jika memang Nadiem belum menjual sahamnya, kenapa namanya tidak muncul dalam daftar pemegang saham besar GOTO? Di laporan tahunan dan keterbukaan publik hingga Mei 2025, tidak ada nama Nadiem Makarim, baik secara langsung, maupun lewat entitas perusahaan.
Catatan yang muncul justru SVF GT Subco (SoftBank) – 7,65%; Taobao China Holding (Alibaba) – 7,43%; GoTo Peopleverse Fund – 6,06%; PT Saham Anak Bangsa (entitas milik Andre Soelistyo, Kevin Aluwi, William Tanuwijaya) – 2,26%; William Tanuwijaya – 1,06%
Lalu, Andre Soelistyo – 0,57%; Melissa Siska Juminto – 0,34%; Kevin Aluwi – 0,27%; dan Garibaldi Thohir – 0,09%
Kalau Nadiem masih memegang 11,21% saham GOTO, maka ia akan menjadi pemegang saham terbesar GOTO.
Tapi nyatanya, tidak ada jejaknya di daftar itu. Maka ada dua skenario logis:
Dugaan Nadiem sudah menjual semua sahamnya, kemungkinan besar sebelum IPO, saat valuasi GOTO masih tinggi.
Nadiem masih memegang sahamnya, tapi lewat proxy atau nominee, yang menyembunyikan kepemilikan langsungnya dari radar publik.
Jika diambil skenario pertama, mari hitung potensi uang yang ia hasilkan.
Dengan asumsi total saham GOTO saat ini adalah sekitar 1,19 triliun lembar, maka 11,21% = 133,4 miliar lembar saham.
Jika Nadiem menjual di harga IPO Rp338, maka uang tunai yang ia dapatkan: Rp338 × 133,4 miliar = Rp45 triliun.
Kalau dia jual di harga Rp200: Rp26,6 triliun dan kalau dia jual setelah harga drop ke Rp100: Rp13,3 triliun
Tapi kalau dia masih menyimpan saham itu dan belum menjual satu lembar pun, maka dengan harga saham GOTO sekarang di Rp64 per lembar, total nilai sahamnya saat ini adalah = Rp64 × 133,4 miliar = Rp8,54 triliun
Dengan kata lain, apapun skenarionya, baik sudah exit atau masih hold, Nadiem punya potensi kekayaan besar dari saham GOTO.
Bahkan jika dia cuma memegang separuhnya, nilainya masih berkisar Rp4 triliun lebih.
Tapi publik tidak tahu, karena tidak ada pernyataan resmi dari Nadiem, tidak ada catatan penjualan, dan tidak ada penampakan di daftar pemegang saham mayoritas.
Dan di tengah kasus dugaan korupsi laptop chromebook yang kini sedang bergulir di Kejagung, diamnya jejak saham Nadiem di GOTO justru jadi semakin misterius.
Sumber: MonitorIndonesia
Artikel Terkait
Ibunda Tersangka Misri: Tolong Jangan Jadikan Anak Saya Kambing Hitam!
Arti Pemulihan Nama Baik yang Diminta Jokowi atas Kasus Ijazah Palsu, Adakah Aturan Hukumnya?
Ini Dia Nur Afifah Balqis, Wanita Cantik yang Jadi Koruptor Termuda di Indonesia
Polda Banten Tahan Konten Kreator Mahesa Al Bantani