Apa yang Selanjutnya Dilakukan Putin Setelah Wilayah Lysychansk Jatuh ke Tangan Rusia?

- Rabu, 06 Juli 2022 | 11:20 WIB
Apa yang Selanjutnya Dilakukan Putin Setelah Wilayah Lysychansk Jatuh ke Tangan Rusia?

Semakin banyak waktu bagi Ukraina membuat pasokan senjata lebih banyak sehingga Ukraina bisa membalikkan keadaan, khususnya ketika rangkaian sanksi membuat Rusia kesulitan mengganti persenjataan dan amunisi.

Kini giliran perspektif Rusia.

Tujuan resmi mereka adalah merebut, atau yang mereka sebut "membebaskan", Donbas. Mengambil alih Luhansk membuat tujuan itu selangkah lebih dekat.

Hal tersebut disoroti secara khusus oleh Presiden Vladimir Putin, tatkala dia memberikan lencana penghargaan tertinggi "Pahlawan Rusia" kepada para komandan serangan ke Luhansk.

Tapi, apa selanjutnya?

Hampir bisa dipastikan militer Rusia akan berupaya merebut seluruh wilayah Donbas, terutama Kota Sloviansk dan Kramatorsk - keduanya dibombardir secara intensif dalam beberapa hari terakhir.

Kota Sloviansk disebut-sebut punya makna khusus bagi gerakan separatis sokongan Moskow karena di kota itulah terjadi pemberontakan pertama pada 2014.

Di luar itu, strategi Rusia secara keseluruhan belum jelas. Sebagian besar tergantung dari kondisi kekuatan pasukan mereka jika mereka akhirnya menguasai Donbas.

Dalam pernyataannya, Presiden Putin berkata: "Unit-unit yang ambil bagian secara aktif dalam pertempuran dan meraih kesuksesan serta kemenangan di Luhansk jelas harus beristirahat dan meningkatkan kemampuan tempur mereka."

Jika mereka masih sanggup melaju cepat, mereka bisa melanjutkan pergerakan sampai seluruh bagian Ukraina dikuasai dan bahkan mencakup Kota Dnipro atau melampauinya.

Di sisi lain, jika militer Rusia keletihan, sebagaimana diprediksi banyak analis dan diindikasikan Putin, boleh jadi Rusia akan menyatakan berakhirnya "operasi militer khusus"istilah Rusia terhadap invasi ke Ukraina.

Mereka mungkin berharap gencatan senjata sepihak akan mengurangi sokongan internasional ke Ukraina dan beberapa negara, boleh jadi Prancis dan Jerman, mendorong perdamaian.

Ukraina tanpa diragukan akan terus bertempur, tapi tanpa pasokan senjata amat mungkin garis depan menjadi konflik yang membeku, seperti terjadi antara 2014-2022. Keadaan gonjang-ganjing di Ukraina itulah yang diharapkan Rusia.

Saat ini, tiada yang pasti lantaran kedua belah pihak mengklaim berada di atas angin. Perlu dicatat bahwa walau Ukraina dipukul mundur dari Donbas, mereka meraih kesuksesan baru-baru ini, seperti merebut Pulau Ular.

Satu-satunya yang bisa dipastikan adalah perang ini belum akan berakhir dalam waktu dekat dan warga di kawasan Donetsk akan menjadi korban selanjutnya.

Sumber: suara.com

Halaman:

Komentar

Terpopuler