“Jika saya membakar Taurat, satu lagi Injil, satu lagi Alquran, akan ada perang di sini. Yang ingin saya tunjukkan adalah tidak benar melakukannya,” tambahnya.
Protes yang digelar Ahmad terjadi setelah insiden bulan lalu, di mana seorang imigran Irak membakar halaman-halaman Alquran di luar masjid Stockholm selama hari raya Idul Adha.
Tindakan tersebut menimbulkan kecaman global dari umat Islam dan mendorong penyelidikan oleh otoritas Swedia atas "hasutan terhadap kelompok etnis" meskipun polisi setempat memberinya lampu hijau untuk melakukan penodaan tersebut.
Insiden itu juga memicu krisis diplomatik karena Irak, Kuwait, Uni Emirat Arab, dan Maroko memanggil duta besar Swedia.
Aksi ini lebih lanjut mendorong pertemuan darurat 57 anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan mempertanyakan upaya Swedia untuk bergabung dengan NATO, menyusul demonstrasi serupa yang diadakan oleh seorang aktivis sayap kanan di luar Kedutaan Besar Turki di Stockholm awal tahun ini.
Badan hak asasi manusia terkemuka PBB menanggapi Rabu, (12/7/2023) ini dengan sangat menyetujui tindakan yang menyerukan negara-negara untuk meningkatkan upaya mereka untuk memerangi kebencian agama setelah pembakaran Alquran.
Pemerintah Swedia, sementara mengutuk pembakaran Alquran sebagai "Islamofobia," juga mengakui "hak kebebasan berkumpul, berekspresi, dan demonstrasi yang dilindungi secara konstitusional" di negara itu.
Sumber: okezone
Artikel Terkait
45 Tewas dalam Serangan Terbaru Israel ke Gaza, Korban Didominasi Perempuan dan Anak-anak
Mantan PNS Filipina Penyingkap Korupsi Ditembak Mati, Pemicu Gelombang Demonstrasi
Jimmy Kimmel Sindir Prabowo: Pertama Kalinya Ada yang Mau Ketemu Eric Trump!
6 Kekuatan Turki yang Bikin Tokoh Israel Ketakutan, Lebih Menyeramkan dari Iran!