POLHUKAM.ID – Aksi blokade bantuan kemanusiaan yang dilakukan militer Israel belakangan membuat sejumlah rumah sakit di Jalur Gaza dilanda krisis pasokan medis.
Hal itu membuat para dokter yang bertahan merawat pasien di Gaza harus berjuang keras menangani pengobatan pasien korban perang di tengah kondisi yang tidak memadai.
Salah satu dokter di Rumah Sakit Al-Shifa, Gaza Ahmed Mokhallalati mengatakan, fasilitas medis di rumah sakit terbesar di Jalur Gaza tersebut saat ini sangat memprihatinkan.
Akibat krisis pasokan obat bius, Ahmed bahkan harus merawat pasien tanpa obat bius, sebagai gantinya ia membalut luka dengan memanfaatkan gula dan cuka.
Situasi yang mendesak juga memaksa para staf untuk menggunakan jarum jahit untuk menjahit luka. Ada pula staf yang membungkus luka bakar besar dengan pakaian alih-alih perban.
“Krisis obat bius di tengah membludakan pasien membuat kami harus mengganti balutan pada anak-anak tanpa diberi anestesi atau obat bius. Sekarang bagi kami, perban standar adalah menggunakan gula, begitu juga dengan cuka untuk para pasien," ujar Ahmed, dikutip dari laman kantor berita PBB, ReliefWeb.
Selain memblokade bantuan kemanusian, militer Israel juga turut menghentikan akses air dan aliran listrik yang masuk ke wilayah Gaza.
Kondisi ini yang kemudian membuat sejumlah rumah sakit termasuk RS Al-Shifa tidak dapat beroperasi secara maksimal. Ini karena sejumlah alat kehilangan fungsi karena terputus dari jaringan listrik.
Artikel Terkait
Tentara Israel Mulai Ditarik dari Gaza, Begini Kondisi Terkini
Hamas dan Israel Sepakat Gencatan Senjata
Jepang Ultimatum Israel: Hentikan Serangan atau Tokyo Akui Palestina
Hamas Setujui Proposal Damai Trump, Nasib Netanyahu di Ujung Tanduk