Tanpa Parpol dan Ormas: Membaca Kekuatan Politik Jokowi

- Kamis, 27 Maret 2025 | 13:50 WIB
Tanpa Parpol dan Ormas: Membaca Kekuatan Politik Jokowi


Tanpa Parpol dan Ormas: 'Membaca Kekuatan Politik Jokowi'


Oleh: Rokhmat Widodo

Pengamat Politik dan Kader Muhammadiyah Kudus


Dalam sejarah politik Indonesia, sangat jarang ada sosok yang tetap memiliki pengaruh besar setelah meninggalkan jabatan formalnya. 


Biasanya, mantan presiden perlahan-lahan kehilangan relevansi politik, apalagi jika tidak memiliki kendaraan politik formal dalam bentuk partai atau ormas. Namun, Joko Widodo (Jokowi) tampaknya menjadi pengecualian. 


Meski secara struktural tidak terafiliasi dengan partai politik maupun ormas besar, ia tetap memiliki daya tawar dan pengaruh yang signifikan dalam pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.


Jokowi Kingmaker


Istilah kingmaker dalam politik merujuk pada individu yang, meskipun tidak menduduki posisi formal, tetap mampu menentukan arah politik dan menentukan siapa yang berkuasa. 


Jokowi, yang sebelumnya hanya seorang kader PDI-P sebelum akhirnya menjadi presiden selama dua periode, kini bertransformasi menjadi kingmaker yang beroperasi di luar struktur partai.


Ada beberapa faktor utama yang menjelaskan mengapa Jokowi tetap memiliki pengaruh besar meski tidak memiliki parpol atau ormas sebagai basis kekuatan: pertama, jaringan loyalis di eksekutif dan legislatif. 


Selama dua periode kepemimpinannya, Jokowi telah menempatkan banyak loyalis di berbagai posisi strategis, baik di pemerintahan maupun di parlemen. 


Banyak menteri dan kepala lembaga di era Prabowo yang merupakan orang dekatnya, seperti Budi Gunawan (BIN), Sri Mulyani (Menteri Keuangan), dan Luhut Binsar Pandjaitan yang masih menjadi figur sentral di lingkaran kekuasaan.


Kedua, dukungan dari kepala daerah. Sejumlah gubernur, wali kota, dan bupati yang naik ke panggung politik nasional adalah produk dari pengaruh Jokowi. 


Sosok seperti Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil, atau Khofifah Indar Parawansa adalah contoh bagaimana Jokowi membangun jejaring dengan kepala daerah, yang kini menjadi aset politiknya.


Ketiga, basis politik di birokrasi dan BUMN. Selain kepala daerah, Jokowi juga memiliki pengaruh kuat di birokrasi dan perusahaan-perusahaan negara. 


Dalam dua periode kepemimpinannya, ia menanamkan banyak loyalis di dalam birokrasi, terutama pada level eselon atas. 


Di BUMN, Erick Thohir sebagai Menteri BUMN di era Jokowi dan Prabowo masih memainkan peran kunci, menjaga kesinambungan pengaruh Jokowi.


Keempat. Hubungan dengan militer dan polisi. Jokowi telah membangun relasi yang erat dengan unsur TNI dan Polri, yang tetap berlanjut di era Prabowo. 


Sosok seperti Jenderal Dudung Abdurachman merupakan contoh bagaimana Jokowi mampu merangkul elemen-elemen strategis di sektor keamanan.


Jokowi dan Politik “Beyond Structure”


Salah satu keunikan Jokowi adalah kemampuannya dalam memainkan politik tanpa terikat secara formal dengan struktur partai atau ormas. 


Tidak seperti Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mendirikan Partai Demokrat atau Megawati yang selalu memiliki kendali atas PDI-P, Jokowi memilih untuk bergerak dengan jaringan informal.

Halaman:

Komentar

Terpopuler