Dalam konferensi tersebut, pembicara dari kalangan regulator di Kamboja mengatakan bahwa pengembangan layanan 5G sepenuhnya menjadi salah satu faktor kunci untuk mewujudkan Digital Cambodia. Selain 3.5GHz, Kamboja juga tengah menimbang frekuensi 6GHz untuk IMT melalui studi ITU-R. Oleh karena itu, regulator di negara tersebut menyarankan negara-negara Asia Pasifik untuk menyisihkan pita 6GHz bagian atas untuk IMT sebelum WRC-23, untuk mencapai harmonisasi spektrum dan ekosistem.
Sementara itu, Thailand NBTC mengumumkan bahwa layanan 5G telah diluncurkan secara komersial pada pita 2.6GHz dan 700MHz, dan di saat yang sama mereka tengah menggelar uji coba pada pita 3.5GHz/28GHz serta penelitian pada pita 6GHz berdasarkan WRC-23.
Di masa depan, NBTC mengklaim bahwa akan dibutuhkan total bandwidth 2051MHz yang terdiri dari pita sedang dan rendah untuk memberikan kecepatan unduhan 5G setidaknya 100 Mbps, dari rata-rata 30Mbps saat ini pada jaringan 4G. Selain itu, cakupan populasi 5G nasional di Thailand mencapai 77% dengan total 17.244 BTS 2600MHz pada April 2022.
Delegasi Kementerian Industri dan Teknologi Informasi (MIIT) Tiongkok mengatakan bahwa pita sedang telah dipilih sebagai pita frekuensi utama untuk 5G secara global. Frekuensi 6GHz akan menjadi pita frekuensi utama untuk 5G di masa depan berkat gabungan dari kapasitas, cakupan dan biayanya, yang terutama akan menguntungkan bagi negara-negara berkembang. Di saat yang sama, pita 6GHz tidak akan lagi digunakan untuk layanan tetap seperti gelombang mikro (microwave) di Tiongkok.
Menurut GSMA, selama rentang waktu 2025-2030, negara-negara dunia akan membutuhkan spektrum pita sedang 2 GHz untuk memberikan kecepatan downlink 100 Mbps dan uplink 50 Mbps bagi pengguna IMT agar dapat menyediakan layanan 5G, oleh karena itu pita 6GHz menjadi kandidat utamanya.
"3GPP RAN Plenary telah meluncurkan hasil standardisasi pita 6GHz (6425-7125 MHz) atas sebagai pita frekuensi IMT yang baru, dan diharapkan pekerjaan ini selesai di tahun 2022. Selain itu, kami menghimbau regulator untuk mempertimbangkan setidaknya pita 6GHz atas untuk penggunaan IMT berlisensi, sedangkan pita 6GHz bawah dapat digunakan sebagai basis netral teknologi," ujarnya.
Sumber: jakarta.suara.com
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur