POLHUKAM.ID - Pemerintah telah menerima tuntutan rakyat 17 8. Tapi menyebut permintaan itu merepotkan jika semuanya dipenuhi.
Hal tersebut diungkapkan Wiranto. Purnawirawan Jenderal TNI yang kini menjabat Penasihat Khusus Presiden Bidang Politik dan Keamanan.
“Sebagian apa yang diminta oleh para pendemo, oleh masyarakat, ya tentu selalu didengar oleh Presiden,” kata Wiranto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (4/9) dikutip JawaPos.
Bahkan, Wiranto mengatakan Prabowo tidak hanya mendengarkan. Tapi juga akan memenuhi tuntutan tersebut.
“Presiden juga sedapat mungkin telah mendengarkan itu kemudian memenuhi apa yang diminta,” ujarnya.
Walau demikian, ia menyebut tidak bisa serentak. Karena akan repot.
“Tentunya tidak serentak ya semua dipenuhi. Kalau semua permintaan dipenuhi kan juga repot,” sambung mantan Panglima ABRI itu.
Wiranto menilai, Prabowo merupakan sosok yang responsif terhadap harapan rakyat.
Karena itu, ia menyerahkan sepenuhnya kepada Presiden terkait penyerapan tuntutan-tuntutan yang disampaikan pendemo.
“Tentu kita nyerahkan saja kepada Presiden. Yang saya tahu beliau sangat memperhatikan, sangat mendengarkan, dan responsif terhadap apa yang diharapkan rakyat,” ujarnya.
Wiranto mengingatkan semua pihak agar tetap menahan diri dan tidak terbakar emosi.
Ia menekankan, seluruh masalah bisa dibicarakan dan dikomunikasikan dengan baik bersama pemerintah.
“Karena semua masalah bisa dibicarakan dengan baik, bisa dikomunikasikan,” tuturnya.
Wiranto juga menyinggung perjuangan para pendahulu bangsa.
Menurutnya, masyarakat saat ini seharusnya malu jika tidak mampu menjaga persatuan.
“Harusnya kita malu pada para pendahulu kita yang telah memerdekakan negeri ini. Mereka bertaruh nyawa melawan penjajah. Sedangkan kita hanya harus memelihara persatuan-kesatuan bangsa,” jelasnya.
👇👇
Di media sosial, tuntutan tersebut dibuat dengan poster berwarna hitam, pink, dan hijau.
Dengan narasi tuntutan dari rakyat untuk transparansi, reformasi, dan empati.
Tuntutan itu diunggah bukan hanya netizen. Juga artis, penyanyi, konten kreator, aktivis, mahasiswa, sampai sutradara ternama.
Aspek yang melatarbelakangi munculnya tuntutan ini tidak terlepas dari rangkaian aksi protes yang dimulai sejak 25 Agustus 2025.
Serangkaian demonstrasi yang muncul akibat isu peningkatan tunjangan DPR, persoalan ekonomi, serta insiden meninggalnya Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online yang ditabrak mobil Brimob, menjadi pemicu utama situasi ini.
Dari keadaan tersebut, timbul tekanan untuk agar pemerintah secepatnya mengambil tindakan nyata, dan bukan sekadar membuat janji.
Istilah “17 8 Tuntutan” muncul sebagai sarana terorganisir untuk menggabungkan aspirasi masyarakat yang tersebar.
Bagian awal mencakup 17 tuntutan jangka pendek dengan batas waktu yang hanya satu minggu. Beberapa di antaranya termasuk:
Adapun isi 17 tuntutan jangka pendek dengan batas waktu satu minggu, yakni sebagai berikut:
- Tarik TNI dari pengamanan sipil & hindari kriminalisasi demonstran.
- Bentuk tim investigasi independen untuk kasus Affan Kurniawan & korban kekerasan aparat.
- Bebaskan demonstran yang ditahan dan hindari kriminalisasi.
- Proses hukum secara transparan terhadap aparat yang melakukan kekerasan.
- Hentikan pelanggaran SOP pengendalian massa oleh Polri.
- Bekukan kenaikan gaji dan tunjangan DPR, batalkan fasilitas baru.
- Publikasikan anggaran DPR secara transparan dan berkala.
- KPK menyelidiki harta anggota DPR yang mencurigakan.
- Badan Kehormatan DPR memeriksa anggota bermasalah.
- Partai pecat kader DPR tak etis.
- Umumkan komitmen partai untuk berpihak pada rakyat.
- Libatkan masyarakat sipil dalam dialog DPR.
- Tegakkan disiplin agar TNI tidak mengambil alih fungsi Polri.
- TNI menyatakan komitmen tidak memasuki ruang sipil selama krisis.
- Pastikan upah layak untuk seluruh pekerja (guru, buruh, nakes, ojol).
- Dialog dengan serikat buruh soal upah minimum dan outsourcing.
- Ambil langkah darurat cegah PHK massal & lindungi buruh kontrak.
Kemudian ada delapan tuntutan strategis yang memiliki batas waktu satu tahun.
Di dalamnya terdapat kebutuhan untuk melakukan reformasi total terhadap DPR, memperbaiki sistem partai politik, menyusun pajak secara lebih adil, serta memperkuat lembaga yang menangani korupsi.
Masyarakat menginginkan TNI untuk kembali berkonsentrasi pada perannya sebagai pelindung negara, sementara masalah sipil harus sepenuhnya dikelola oleh lembaga yang seharusnya.
Sumber: Fajar
Artikel Terkait
HEBOH Intel Nyamar Malah Diciduk Brimob, Ini Kronologi Anggota BAIS Dituduh Provokator Demo Ricuh
VIRAL! Curhat Ahmad Sahroni di Masa Lalu, Pernah Beli Narkoba Diganti CTM
Kejagung Juga Perlu Periksa Jokowi atas Kasus Nadiem Makarim
Demo di DPR, BEM Unpad Tagih Pemenuhan 17+8 Tuntutan Rakyat