Itu sebabnya, Ubedilah berharap anak muda atau mahasiswa mampu lebih kritis dan menyuarakan pendapat terkait keadaan bangsa saat ini.
Sementara itu, Ketua BEM UGM, Gielbran Mohammad, menilai pembiaran anak dan mantu Jokowi mengisi jabatan walikota dan ketua umum partai politik merupakan bentuk politik porno.
"Kalau teman-teman tahu saya sebut politik porno Jokowi dan trah politik itu benar-benar tanpa malu. Secara vulgar melakukan segala cara untuk melanggengkan kekuasaan," ucap Gielbran.
Cara ini, lanjut Gielbran tentu akan merusak tatanan demokrasi yang ada.
"Saya tidak benci Jokowi secara personal, saya benci Jokowi dan trah politik karena secara sistem politik, ideologis, mereka merusak sistem demokrasi," tegas Gielbran.
Senada dengan Gielbran, Menko Sospol KM ITB Reno Suwono mengatakan, seharusnya generasi muda saat ini dipertontonkan oleh capres dan cawapres hal-hal yang mengedepankan gagasan serta visi-misi.
Bukan sebaliknya, menggunakan berbagai cara untuk mengisi kekosongan jabatan dengan menaruh anggota keluarganya.
"Seharusnya demokrasi diisi oleh ruang-ruang gagasan, visi misi, dan parpol harus berperan. Sangat tidak etis itu soal politik dinasti, kalau anda lihat anaknya dimajukan cawapres, ada yang jadi walikota dan ketum parpol," tutup Reno.
Sumber: RMOL
Artikel Terkait
Jubir Gus Dur Beber Alasan DPR Harus Pakai Hak Interpelasi untuk Bongkar Polemik Ijazah Gibran
Tata Kelola Tambang Dirombak Total! Ini Arah Baru Kedaulatan Energi Era Prabowo
Anies Bongkar Praktek Jabatan di Era Prabowo: Koneksi Lebih Penting daripada Kompetensi?
Jokowi Orang Baik: Mitos yang Mengurung Rakyat atau Realita yang Dipercaya?