Adapun kinerja manis yang dibukukan Bank Sampoerna tersebut juga tanpa meninggalkan kehati-hatian. Dengan pengelolaan yang baik, rasio kredit bermasalah (NPL/ non-performing loan) pada akhir Maret 2022 dijaga sebesar 2,8%, atau lebih baik dari dibandingkan rata-rata industri perbankan yang tercatat sebesar 3,0% pada akhir Januari 2022.
"Penurunan NPL ini dibarengi pula dengan tren penurunan restrukturisasi kredit yang per akhir Maret 2022 berada sekitar sepertiga total kredit yang disalurkan dibandingkan sekitar setengah kredit yang disalurkan di akhir Maret 2021," pungkasnya. Baca Juga: Ekonomi Membaik, BI Yakin Kredit Perbankan Semakin Moncer
Masih dalam rangka menerapkan prinsip kehati-hatian, beban penyisihan penurunan nilai aset keuangan kuartal pertama tahun 2022 dibukukan sebesar Rp 105,3 milar atau meningkat 79,6% dibandingkan beban penyisihan pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Dengan demikian, Bank Sampoerna memiliki fundamental kualitas kredit yang lebih baik dengan rasio penyisihan piutang tak tertagih terhadap total piutang tak tertagih (rasio CKPN terhadap NPL) mencapai 180,8%.
Sejalan dengan ketentuan modal minimum Bank yang mengharuskan Bank memiliki modal minimum sebesar Rp 2 triliun dan Rp 3 triliun berturut-turut pada akhir tahun 2021 dan 2022, Bank Sampoerna menerima tambahan modal sebesar lebih dari Rp 900 miliar dalam 12 bulan terakhir hingga Maret 2022.
Dengan demikian rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/ CAR) meningkat menjadi 30,6% dibandingkan dengan 19,4% pada akhir Maret 2021.
Sumber: genpi.co
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid