Memiliki Tujuan Investasi yang Jelas Jadi Senjata Ampuh Tangkal Investasi Bodong

- Kamis, 30 Juni 2022 | 20:30 WIB
Memiliki Tujuan Investasi yang Jelas Jadi Senjata Ampuh Tangkal Investasi Bodong

Baca Juga: Asiantrust Asset Management Mau Lakukan Revolusi Mental Dunia Investasi

Asiantrust Asset Management selaku manajer investasi, menurutnya selalu memberikan informasi dan edukasi terkait kepada para nasabahnya. Hal itu merupakan kewajiban fiduciary kepada para nasabah bahwa portfolio mereka dikelola secara transparan dan akuntabel.

“Selain dari goal based investing, manajer investasi harus juga terbuka kepada investor, apa saja isi portofolio dan mengapa kita memilih aset tersebut, banyak konten yang kita berikan kepada investor ketika contoh memilih saham pertambangan lalu saham tersebut turun maka hal ini akan kita jelaskan kepada nasabah apa pandangan kita mengenai hal tersebut. Jika nasabah akhirnya berbeda pendapat dan tidak percaya dengan pandangan kami, ya tidak apa-apa, tetapi itu merupakan kewajiban kami untuk menjelaskan portofolio, karena pada akhirnya portofolio itu adalah dana investor, jadi kita harus memberikan informasi sedetail mungkin,” paparnya. 

Juga terkait risiko. Menurutnya calon investor juga harus menyadari bahwa dalam investasi selalu ada risiko. Agar tidak terjebak dalam investasi bodong, ia menyarankan agar menimbang return yang normal dari produk investasi yang ditawarkan.

“Sederhananya itu begini, untuk investasi yang risikonya tinggi ya return-nya tinggi dan yang risikonya rendah ya rendah juga return-nya, nah sekarang pertanyaannya persentase return yang normal itu seperti apa? Hal ini bisa dilihat dari return rata-rata jangka panjang pasar saham Indonesia. Saham dengan return di atas itu, tentu risikonya juga lebih besar. Dapat juga dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi, misalnya bentuk investasi yang di atas itu, tentu memiliki risiko yang lebih tinggi pula,” jelasnya.

“Secara umum pilihan investasi itu beragam, tetapi lazimnya bertambah usia kita maka aset kita akan semakin besar. Di sisi lain semakin kecil pula kita ingin mengambil risiko dalam investasi. Nah di level mana investor comfortable, dengan pilihan produk investasinya, hal itu tergantung pada usia, financial literacy, dan sebagainya. Hal-hal yang kita sebut risk profile. Sebenarnya persoalannya seberapa kita siap mental untuk membeli suatu produk investasi? Apabila produk investasi kita itu nilainya turun apa lantas kita sebut bodong? Kita tidak bisa melihat satu sisi saja, lagipula apabila produk investasi itu menguntungkan, juga belum tentu hal itu kredibel dan tidak ada pelanggaran etika di dalamnya,” katanya.

Kedepannya ia berharap, semakin terceliknya masyarakat Indonesia akan literasi keuangan peran seluruh pihak dapat lebih ditingkatkan melalui digitalisasi dan sentralisasi informasi produk investasi.

“Kedepannya saya rasa pasar modal kita melalui OJK, para Self Regulatory Organization (SRO) dan sistem perbankan akan lebih banyak menggalakkan transparansi informasi untuk diberikan kepada publik terkait produk-produk investasi dan segala turunannya. Apabila hal ini terjadi maka pasar modal kita akan semakin diminati oleh lebih banyak lagi investor baik dari dalam maupun dari luar negeri,” ucapnya.

Sumber: genpi.co

Halaman:

Komentar

Terpopuler