“Gagasan, Narasi dan Karya” Anies Baswedan (Bagian I)

- Minggu, 24 Juli 2022 | 15:45 WIB
“Gagasan, Narasi dan Karya” Anies Baswedan (Bagian I)

Oleh I. Sandyawan Sumardi, Pekerja Kemanusiaan

Bapak-Ibu dan saudara-saudara yang saya hormati.
Terus terang saya tidak tahu persis, mengapa saya diminta untuk memberikan tanggapan melalui diskusi ini, buku “Anies Baswedan Gagasan, Narasi dan Karya, Menjawab Tantangan Masa Depan Bangsa”, yang ditulis Habib Abdurrahman Syebubakar dan Habib Smith Alhadar, dua sahabat yang saya kenal sejak awal dibentuknya WAG “Institute for Democracy Education (IDe) – Human Development” yang didirikan oleh sahabat saya, almarhum Ivan Hadar, seorang sosiolog yang saya kenal baik, sejak pertengahan tahun 1990-an.

INDEPENDEN
Bisa jadi saya diminta ikut bicara dalam diskusi ini justru karena saya bukan politikus.

Saya seorang pekerja kemanusiaan biasa, yang independen, yang dalam pergaulan sehari-hari bersikap non sektarian, non-partisan, dalam 20 tahun terakhir banyak mendampingi komunitas-komunitas warga sederhana di kampung kota DKI Jakarta ini.

Saya ingin tetap jadi manusia merdeka, yang dalam Pilkada 2017, saya ekspresikan dengan menjadi seorang Golput..

Maka ijinkanlah pada kesempatan ini saya ingin bicara tentang Anies Baswedan lebih sebagai manusia biasa yang sedang berproses dalam kepenuhannya sebagai manusia Indonesia yang berakal, bernurani, beriman, ketimbang sebagai makhluk politik belaka.

Bukan kah Anies Baswedan sebagai calon presiden akhir-akhir ini sedang banyak dibicarakan kesiagaannya untuk bertarung dalam Pemilu 2024 yang masih jauh itu? Sehingga tanpa sadar kita cenderung memandang/menuntutnya untuk menjadi sosok manusia yang sempurna, mudah bagi kita untuk menyematkan gambaran dirinya yang serba superlatif, atau sebaliknya serba negatif secara total dalam objek buli-bulian..

Saya pun tetap merasa bebas pada awal kepemimpinannya, saya bersama “Forum Akademisi dan Praktisi Pecinta Kampung Kota” di mana saya menjadi fasilitator komunikatornya, pernah mengingatkan dan mengkritik gubernur Anies baswedan dan wakil gubernur Sandiaga Uno,

Forum Kampung Kota Mengingatkan Anies-Sandi Akan Janjinya, 15 November 2017
(https://rujak.org/forum-kampung-kota-mengingatkan-anies-sandi-akan-janjinya/).

Juga bersama 32 kawan saya terlibat dalam Gugatan Pencemaran Udara terhadap Gubernur DKI, Gubernur Jawa Barat, Walikota Banten dan Presiden RI
(https://www.vice.com/id/article/pkb5xv/pn-jakarta-pusat-menangkan-gugatan-warga-sebut-presiden-jokowi-dan-gubernur-anies-melawan-hukum-soal-kebijakan-polusi-udara)

Saya lebih ingin membahas nilai-nilai kehidupan yang diperjuangkan Anies Baswedan..

MANUSIA ANIES BASWEDAN
Saya mengenal mas Anies Baswedan di tahun 2007 di kantor Kang Mohammad Sobary, ketika saya sedang mencari bantuan untuk menyelenggarakan Festival Budaya Anak Pinggiran (3000-an) Jabodetabek 2007. Waktu itu mas Anies Baswedan baru diangkat sebagai rektor Paramadina.

Tenang, ramah murah senyum, tak banyak bicara, suka mendengar, terbuka, kalau bicara yang perlu dan efektif saja, respek pada lawan bicara, meski baru dikenal, dan memang percaya diri dan cerdas. Orang Jawa bilang penampilannya “nyatrio”, seperti satriya Jawa, dari kalangan bangsawan..

Baru dalam Pilkada Jakarta 2017, setelah komunitas warga Bukit Duri yang saya dampingi proses pemberdayaannya selama 17 tahun itu digusur-paksa pada tanggal 28 September 2016 oleh gubernur DKI petahana Basuki Tjahaya Purnama waktu itu, mas Anies sebagai calon gubernur datang ke kampung kami, memberi simpati kepada warga korban gusuran, sekaligus berkampanye dalam Pilkada 2017.

Meski pendekatannya simpatik, tapi waktu itu saya tidak terlalu antusias.
Kan semua ini dalam rangka kampanye juga.

Kami masih trauma pada pengalaman kampanye Pilgub 2012, di mana cagub dan cawagub bahkan datang ke Sanggar Ciliwung di kampung kami Bukit Duri 2-3X, minta dukungan Paguyuban Warga Anti Penggusuran (PAWANG).

Tapi kemudian ketika gugatan warga Bukit Duri, baik gugatan class action di PN Jakarta Pusat maupun gugatan di PTUN dinyatakan menang, persis sesudah sebulan Anies-Sandi dinyatakan sebagai gubernur dan wakil gubernur terpilih, gubernur Anies baswedan mempersilakan kami, warga Bukit Duri korban gusuran, untuk datang ke balaikota.

Bahkan gubernur Anies saat itu berjanji kepada kami dan di depan publik, bahwa gubernur DKI, akan menerima putusan itu, dan tidak akan banding. Bahkan gubernur Anies Baswedan kemudian bertemu Presiden dan Menteri PU-PR untuk mohon agar pemerintah pusat juga tidak usah melakukan banding terhadap putusan menang warga Bukit Duri.

Halaman:

Komentar

Terpopuler