"Kita perlu membangun koperasi sawit yang tidak bergantung kepada industri sehingga petani mendapat keuntungan dari hasil TBS (Tandan Buah Segar) sawit mereka," kata MenKopUKM Teten Masduki dalam keterangan tertulisnya, Jumat (10/6/2022).
Menurut MenKopUKM, para petani sawit akan mendapatkan nilai tambah dan mampu menerima manfaat dari pengelolaan bisnis sawit serta tidak memiliki ketergantungan terhadap industri kelapa sawit.
Saat ini. lanjut Teten, teknologi untuk memproduksi minyak makan merah sendiri bahkan sudah ada di PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit) Medan. Pasalnya dengan pengolahannya yang sederhana, dia pun optimis koperasi mampu membangun pabrik minyak makan merah ini. Biaya yang dibutuhkan juga dikatakan hanya memerlukan investasi sebesar Rp7 miliar untuk menghasilkan 5 ton minyak makan merah per jamnya melalui teknologi tersebut.
"Dengan adanya pabrik minyak makan merah dari koperasi ini, diharapkan akan memperkuat pasokan minyak goreng ke masyarakat yang lebih murah dan sehat. Turunannya juga bisa jadi produk kosmetik, farmasi, dan masih banyak lainnya," kata Menteri Teten.
Terkait pembiayaan, MenKopUKM menegaskan bahwa koperasi dapat memanfaatkan dana dari BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit), PT Bank Rakyat Indonesia, dan LPDB-KUMKM (Lembaga Pengelola Dana Bergulir) untuk membangun pabrik minyak makan merah ini.
Di tempat yang sama, Ketua Koperasi Sawit Unggul Sejahtera Gus Bahari Harahap mengungkapkan total lahan sawit dari para petani di Kabupaten Serdang Bedagai mencapai 1.800 hektare. Menurutnya, para petani sawit sedang kebingungan akibat kondisi naik turunnya harga sawit akhir-akhir ini.
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid