Selain itu, Indonesia dan China juga bersepakat pembagian porsi pinjaman untuk pembengkakan biaya ini yaitu 60 persen oleh pihak konsorsium Indonesia, dan 40 persen konsorsium China.
"Jadi kalau cost overrun sudah tertutupi. Ini kan sebenarnya pinjaman dari CDB ini untuk ke KAI, untuk injeksi, nantinya sebagai bentuk pinjaman pemegang saham kepada PT KCIC," jelasnya saat ditemui di Hotel Putri Duyung Ancol, Senin (19/2).
Meski begitu, utang yang sudah cair itu lebih rendah dari kesepakatan awal. Tiko, sapaan akrab Kartika, sempat menyebutkan total pinjaman yang diajukan oleh konsorsium Indonesia kepada CDB senilai USD 550 juta atau sekitar Rp 8,3 triliun alias masih kurang Rp 2 triliun.
Adapun PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) terdiri dari konsorsium China diwakili oleh Beijing Yawan dengan porsi saham 40 persen, dan konsorsium Indonesia terdiri lima perusahaan konsorsium lokal yang tergabung dalam PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia dengan porsi saham 60 persen.
Dengan demikian, pembengkakan biaya yang menjadi beban PT KAI (Persero) hanya pinjaman CDB senilai Rp 6,9 triliun dan ekuitas menggunakan Penyertaan Modal Negara (PMN) yang sudah cair tahun lalu sebesar Rp 3,2 triliun.
Artikel Terkait
Dapat Info dari KPK, Faisal Basri Sebut Bobby - Airlangga Terlibat Penyelundupan Nikel Rugikan Negara Ratusan Triliun
Robohkan Mimpi Jokowi dan Prabowo, IMF Klaim Pertumbuhan Ekonomi Indonesia hanya 5,1 Persen
Anggaran Upacara HUT RI Bengkak, Jokowi Anggap Wajar
BREAKING NEWS: Harga BBM Pertamax Naik Jadi Rp 13.700 per Liter