Netanyahu Akui Kehancuran yang Menyakitkan Akibat Serangan Iran

- Kamis, 19 Juni 2025 | 12:10 WIB
Netanyahu Akui Kehancuran yang Menyakitkan Akibat Serangan Iran


POLHUKAM.ID -
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel saat ini menderita "kehilangan yang banyak, kehilangan yang menyakitkan" akibat serangan Iran. "Tapi kami melihat jalur depan (peperangan) kita kuat, dan negara Israel lebih kuat dari sebelumnya," kata Netanyahu melanjutkan.

Dilaporkan Times of Israel dilansir Anadolu, Rabu (18/6/2025), Netanyahu juga berterima kasih kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk berada di sisi bersama Israel.

"Kami dalam komunikasi berkelanjutan, termasuk semalam, kami berbincang secara hangat," kata Netanyahu dalam keterangan lewat video.

Perang Iran-Israel telah memasuki hari ketujuh sejak Israel melancarkan serangan pada Jumat pekan lalu, termasuk menyerang fasilitas militer dan nuklir Iran. Republik Islam Iran pun langsung melancarkan serangan balasan.

Otoritas Israel mengatakan, sedikitnya 24 warga tewas terbunuh dan ratusan lainnya luka-luka sejak akibat serangan rudal Iran. Sementara, di Iran, 585 orang meninggal dunia dan lebih dari 1.300 luka-luka akibat serangan Israel.

Hingga Rabu, Iran terus merespons setiap serangan Israel dengan mengirim rudal-rudal balistik dan hipersonik. Pada Selasa (17/6/2025), Kementerian Pertahanan Iran mengatakan bahwa untuk pertama kalinya Iran menggunakan rudal jenis baru yang tidak bisa dideteksi saat menghancurkan kantor-kantor intelijen Israel, Mossad.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Iran, Brigadier General Reza Talaei-Nik, dikutip IRNA pada Selasa , mengatakan bahwa, "Pada serangan hari ini, kami meluncurkan rudal-rudal yang tidak bisa terlacak atau terintersep." Rudal jenis baru itu sukses menembus sistem pertahanan udara berlapis Israel yang didukung AS.

Merujuk serangan itu sebagai kejutan untuk musuh, Talaei-Nik menegaskan bahwa Israel akan menyaksikan datangnya rudal-rudal sejenis berikutnya. Menurutnya, target-target dihantam oleh rudal berpresisi tinggi meski menghadapi "lapisan sistem pertahanan" yang mengelilingi fasilitas intelijen Israel.

Talaei-Nik mengatakan serangan terbaru Iran menggambarkan betapa rapuhnya Israel, negara yang selama ini dianggap paling canggih dalam hal sistem intelijen dan keamanan. Ia pun mengeklaim bahwa Israel tidak siap untuk menghadapi perang jangka panjang.

"Berdasarkan 75 tahun pengalaman dan serangkaian faktor militer dan non-militer dan pertimbangan strategis lainnya, rezim Zionis tidak bisa bertahan dalam sebuah perang yang panjang," katanya.

Dia menambahkan, Angkatan Bersenjata Iran sebagai pencegahan telah disuplai sdengan persenjataan dan perlengkapan canggih sebagai antisipasi terhadap potensi serangan musuh.

"Banyak sistem canggih kami belum digunakan," ujar Talaei-Nik.

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pada Rabu (18/6/2015), menegaskan Teheran tetap akan menang dalam konflik Iran-Israel dan kemungkinan keterlibatan Amerika Serikat di dalamnya. Perang antara Iran dan Israel telah memasuki hari keenam.

"Tuhan Yang Mahakuasa pasti akan membuat rakyat Iran benar-benar menang," kata Khamenei dalam sebuah pernyataan.

Serangan Israel terjadi saat Teheran sedang bernegosiasi dengan Amerika Serikat dan tidak tengah melakukan tindakan militer yang drastis, kata pemimpin tertinggi Iran tersebut.

Khamenei menegaskan bahwa Israel membuat kesalahan besar dengan menyerang Iran, seraya menambahkan bahwa Teheran memiliki rencana untuk "pembalasan lebih lanjut."

Duta Besar Iran untuk Prancis Mohammad Amin-Nejad pun menegaskan, Iran tidak akan menyetujui penyerahan tanpa syarat yang dituntut oleh Presiden AS Donald Trump di tengah konflik dengan Israel. Amin-Nejad menegaskan, serangan terhadap fasilitas militer Iran tidak akan memengaruhi kemampuan pertahanan negara Iran.

"(Ultimatum Trump) ini adalah keinginan yang sama seperti (pemimpin otoritas Israel) Benjamin Netanyahu … Itu tidak akan dilaksanakan sama sekali. Rakyat Iran bersatu dalam menghadapi agresi," kata Amin-Nejad kepada lembaga penyiaran BFMTV.

Iran juga menanggapi pernyataan seorang pejabat Uni Eropa (EU) yang menyerukan agar perang Iran-Israel dihentikan tetapi tidak mengecam Israel yang memulai konflik tersebut. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmaeil Baqaei mengatakan upaya de-eskalasi tidak akan berhasil jika Israel sebagai pelaku agresi dan kejahatan perang tidak dikecam.

"Berhentilah menjadi pembela agresor," kata Baqaei dalam sebuah unggahan di X pada Selasa (17/6/2025), menanggapi pernyataan Perwakilan Tinggi EU untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Kaja Kallas. []

Komentar