Dihujani Rudal Iran, Warga Israel Mulai Berbondong Mengungsi ke Luar Negeri

- Sabtu, 21 Juni 2025 | 20:30 WIB
Dihujani Rudal Iran, Warga Israel Mulai Berbondong Mengungsi ke Luar Negeri


POLHUKAM.ID
- Ratusan warga dan orang asing meninggalkan Israel menuju Siprus dengan kapal pesiar, setelah penutupan wilayah udara Israel akibat meningkatnya konflik Israel Iran, menurut laporan Haaretz pada Selasa, 17 Juni 2025. Media tersebut menggambarkan suasana di dermaga Herzliya seperti terminal darurat, dengan setidaknya seratus orang bersiap untuk berangkat pada suatu pagi.

Dikutip dari palestinechronicle.com, artikel tersebut mengutip sebuah grup Facebook khusus yang membahas jalur pelarian lewat laut, sebagai bukti bahwa ratusan orang mencoba meninggalkan Israel dengan cara ini. Permintaan yang tinggi membuat sejumlah pihak bersedia menyediakan jasa tersebut dengan tarif tertentu, ungkap laporan tersebut. Beberapa penumpang menyebutkan bahwa mereka membayar sekitar 2.500 shekel atau Rp 11,7 juta untuk perjalanan yang bisa memakan waktu hingga 25 jam.

“Seseorang menawari saya tarif 6.000 shekel,” kata seorang penumpang kepada Haaretz, seraya menambahkan bahwa harga sangat bergantung pada mekanisme penawaran dan permintaan. Penumpang lain menyatakan bahwa biaya juga ditentukan oleh jenis kapal, fasilitas yang tersedia, serta kecepatan pelayaran.

Sebagian kapal dilaporkan menyediakan kabin pribadi, dan ada pula yang menggunakan bahan bakar diesel sehingga bisa menempuh perjalanan ke Siprus hanya dalam delapan jam. Namun, menurut seorang kapten komersial, beberapa kapal beroperasi secara ilegal karena pemiliknya memungut bayaran tanpa asuransi yang sah untuk membawa penumpang.

Haaretz mencatat bahwa hanya sedikit orang di marina Herzliya yang mengakui bahwa mereka melarikan diri karena ancaman serangan rudal Iran. Tidak satu pun dari mereka bersedia berbicara secara terbuka kepada media.

Beberapa menyatakan bahwa mereka bukan warga tetap Israel dan hanya ingin pulang ke negara asal, sementara yang lain mengaku hendak menemui pasangan atau anak-anak di luar negeri. Seorang ibu yang berangkat bersama suami dan anaknya yang berusia empat tahun mengaku, “Kami lelah dengan rudal-rudal itu,” demikian laporan tersebut. Laporan terpisah dari Haaretz juga menyebutkan bahwa sekitar 40.000 turis asing masih berada di Israel.

Warga Israel Terjebak di Luar Negeri


Penutupan Bandara Internasional Ben-Gurion pada Jumat malam menyebabkan antara 100.000 hingga 200.000 warga Israel tertahan di luar negeri. Meskipun jalur darat menuju Yordania dan Mesir masih dibuka, jam operasional terbatas dan lonjakan permintaan membuat antrean di perbatasan menjadi panjang, tanpa jaminan bisa menyeberang.

Ketegangan antara Israel dan Iran meningkat sejak Jumat dini hari, ketika Israel, dengan dukungan diam-diam dari AS, meluncurkan Operasi Rising Lion, sebuah serangan udara besar-besaran terhadap fasilitas nuklir dan infrastruktur militer Iran.

Sebagai balasan, Iran meluncurkan Janji Sejati 3 pada malam harinya, dengan menghujani kota-kota Israel menggunakan puluhan rudal balistik dan drone, yang menurut sumber Israel menewaskan sedikitnya 13 orang dan melukai ratusan lainnya. Korban jiwa dan luka terus bertambah di kedua belah pihak.

Presiden Iran Masoud Pezeshkian memperingatkan bahwa jika serangan dari Israel berlanjut, maka tanggapan Iran akan jauh lebih tegas dan keras. Ia menyebut respons militer Iran sejauh ini telah dilakukan dengan tepat dan terukur.

Israel Larang Warga Kabur


Dinukil dari middleeastmonitor.com, Israel telah memberlakukan larangan bagi warganya untuk bepergian ke luar negeri dengan alasan situasi keamanan yang memburuk akibat meningkatnya ketegangan dengan Iran. Seperti dilaporkan Haaretz, pemerintah telah memerintahkan maskapai penerbangan domestik untuk melarang warga negara Israel menaiki penerbangan internasional, seiring dengan kekhawatiran meningkatnya risiko serangan balasan Iran terhadap bandara-bandara di Israel.

Bandara Ben-Gurion sebagai gerbang internasional utama negara tersebut, kini telah ditutup “sampai pemberitahuan lebih lanjut.” Keputusan ini didasari oleh kekhawatiran dari para pejabat keamanan bahwa jika terjadi serangan di tengah kepadatan penumpang, jumlah korban bisa sangat besar.

Menteri Transportasi Israel Miri Regev, menyampaikan bahwa pada tahap ini, warga Israel tidak diizinkan untuk meninggalkan negara. Ia menegaskan hanya warga asing, termasuk diplomat dan wisatawan yang masih diizinkan terbang keluar dari Israel.

Regev juga mengungkapkan bahwa pemerintah tengah menyiapkan rencana untuk memulangkan lebih dari 100.000 warga Israel yang masih berada di luar negeri. Ia menjanjikan proses evakuasi akan dilakukan secara bertahap dan terorganisir.

Namun, kebijakan ini menimbulkan kontroversi. Pemimpin Partai Persatuan Nasional dan anggota kabinet perang Benny Gantz, mengkritik keras pernyataan Regev. Dalam unggahan di platform X, ia menyoroti dampak larangan itu terhadap individu-individu yang rentan dan mendesak pemerintah untuk fokus pada pemulangan warga, bukan menilai keadaan mereka.

Larangan bepergian ini muncul setelah Israel melancarkan serangan terhadap Bandara Mashhad di Iran. Walaupun Iran belum membalas serangan terhadap fasilitas penerbangan Israel, serangan tersebut telah memicu kekhawatiran bahwa bandara bisa menjadi target potensial dalam eskalasi berikutnya. [] 

Komentar