POLHUKAM.ID - Di saat dunia menyambut gencatan senjata antara Israel dan Iran setelah 12 hari pertempuran udara yang menegangkan, penderitaan rakyat Palestina di Jalur Gaza justru semakin dalam.
Pada hari Selasa (24/6/2025), militer Israel mengumumkan bahwa mereka mengalihkan fokus kembali ke Gaza.
“Kami telah menyelesaikan fase yang signifikan, tetapi kampanye melawan Iran belum berakhir. Kami memasuki fase baru berdasarkan pencapaian fase saat ini,” kata Kepala Staf Angkatan Darat Israel, Eyal Zamir, dikutip dari Anadolu Ajansi.
"Sekarang fokusnya kembali ke Gaza untuk membawa pulang para sandera dan membubarkan rezim Hamas," tambahnya.
Pernyataan ini disampaikan hanya beberapa jam setelah gencatan senjata yang diumumkan Donald Trump mulai berlaku antara Iran dan Israel.
Namun, di Gaza, suara pesawat nirawak dan dentuman bom menjadi bukti bahwa gencatan senjata tidak berarti damai bagi rakyat Palestina.
Israel mengklaim bahwa tujuannya adalah membebaskan sekitar 50 sandera yang diduga ditahan Hamas dan membubarkan perlawanan bersenjata di wilayah tersebut.
Namun, serangan demi serangan telah menewaskan lebih dari 56.000 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
Seorang ibu di Gaza, Noha Odwan menceritakan kondisi Gaza yang saat ini semakin parah.
Ia mengungkapkan bahwa Gaza saat ini tidak memiliki listrik hingga air.
Odwan juga menuntut pejabat Palestina bahwa Gaza juga membutuhkan gencatan senjata.
“Tidak ada air, obat-obatan, listrik, dan bahkan susu untuk anak saya. Dan mereka (politisi Palestina) mengatakan kepada kami bahwa perdamaian telah tiba?” kata Noha Odwan, seorang ibu di Gaza, kepada The New Arab.
Menurutnya, dunia saat ini menutup mata dengan kondisi Gaza.
“Perang belum berakhir. Tidak ada gencatan senjata. Tidak ada rencana pemulihan. Dunia seolah menutup mata," tambahnya.
Kritik Internal terhadap Kepemimpinan Israel
Di dalam negeri, suara-suara kritis pun bermunculan.
Mantan Perdana Menteri Israel, Yair Lapid, menegaskan bahwa waktunya telah tiba untuk mengakhiri perang di Gaza.
"Sekarang kita perlu membawa kembali para sandera dan mengakhiri perang di Gaza. Untuk membawa Israel ke jalan baru," kata Lapid dalam pesan video di media sosial, dikutip dari Al Jazeera.
Kondisi Gaza saat Ini
Menurut data terbaru PBB, lebih dari 80 persen warga Gaza hidup di bawah garis kemiskinan bahkan sebelum konflik meningkat.
Rumah-rumah, sekolah, rumah sakit, dan infrastruktur penting hancur akibat serangan udara tanpa henti.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, dalam 24 jam terakhir, 79 jenazah dibawa ke rumah sakit dan 289 orang terluka.
Jumlah korban luka sejak Oktober telah mencapai lebih dari 131.000 orang.
Kemkes Palestina kemudian menyatakan bahwa masih banyak korban yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan.
“Banyak korban masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan karena tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka,” bunyi pernyataan resmi kementerian.
Meskipun gencatan senjata antara dua kekuatan besar, Iran dan Israel, menjadi sorotan dunia, penderitaan Gaza tetap menjadi bayang-bayang dari perjanjian diplomatik.
Wilayah ini hingga saat ini masih terus dihantam oleh Israel.
Israel melanjutkan serangannya sejak 18 Maret, menghancurkan perjanjian pertukaran tahanan yang sempat berlaku pada Januari lalu.
Sejak itu, lebih dari 5.700 orang dilaporkan tewas dan hampir 20.000 lainnya terluka
Sumber: Tribunnews
Artikel Terkait
Trump Ngamuk Disebut Gagal Hancurkan Fasilitas Nuklir Iran
Intelijen AS Bantah Klaim Trump, Situs Nuklir Iran Ternyata Masih Utuh
Adu Kekuatan Militer G7 Sekutu Israel vs Aliansi Bayangan Iran, Siapa Lebih Unggul?
Disebut Media Barat Sudah Tewas, Komandan Pasukan Quds Muncul dalam Perayaan Kemenangan Iran