"Bagaimana saya bisa mendukung situasi di mana orang-orang saya sekarat? Cucu dan cicit saya dipaksa pergi ke Polandia. Kami hidup dalam ketakutan dan teror," ujarnya.
Anna salah paham pada saat itu. Dia mengaku bingung, mengira dua tentara Ukraina yang menawarkan makanan padanya merupakan tentara Rusia.
"(Saat itu) Aku hanya senang mengetahui Rusia akan datang dan tidak bertarung dengan kami. Saya senang bahwa kami akan bersatu lagi," ucapnya.
Dengan kata lain, Anna saat itu hanya mengungkapkan kebahagiaan karena menyangka tentara Rusia datang secara damai.
Anna tidak memasukkan subteks politik apa pun ke dalam tindakannya. Bendera merah itu, katanya, bukanlah bendera Uni Soviet, bukan pula milik Rusia. Melainkan itu adalah "panji cinta dan kebahagiaan di setiap keluarga, di setiap kota, di setiap republik. Bukan pertumpahan darah. Dan siapa pun yang mengatakan sebaliknya, adalah salah".
Sementara Anna berbicara, deru artileri dan pertempuran yang konstan terdengar di dekatnya. Dia tidak beranjak sedikit pun. Anna mengaku sudah terbiasa.
"Jika aku bisa berbicara dengan Vladimir Putin, aku akan berkata, Anda telah membuat kesalahan. Kami kaum pekerja Ukraina, apa yang pernah kami lakukan sehingga layak mendapatkan ini (serangan)? Kami adalah orang-orang yang paling menderita," ucap Anna.
Tapi Anna berasal dari masa Soviet, dan enggan mengkritik pemimpin Rusia secara terbuka.
"Putin adalah seorang presiden. Seorang tsar, seorang raja, seorang kaisar," lanjutnya.
Meskipun Anna telah menjadi bintang di Moskow, desanya tidak luput dari serangan pasukan Putin. Desa tempatnya berlindung telah dibom beberapa kali, seperti banyak wilayah lainnya di Ukraina.
Saat BBC melewati desa itu, beberapa rumah hangus terbakar. Lainnya ambruk jadi abu. Rumah Anna sendiri telah terkena tembakan. Jendelanya pecah, atap rusak dan pecahan peluru berserakan di halaman depan.
"Sekarang aku mengerti," kata Anna.
"Mereka tidak peduli dengan orang-orang di sini di Ukraina, mereka hanya peduli tentang menaklukkan tanah kami," lanjutnya.
Dmytro Galko dari Kementerian Kebudayaan Ukraina setuju. Dia mengatakan propaganda Rusia membuat segalanya menjadi satu dimensi.
"Mereka hanya tidak peduli dengan kebenaran, mereka tidak peduli dengan orang. Mereka tidak tertarik pada siapa Anna, atau nasibnya. Jika mereka bisa, mereka akan merebutnya, membuat mumi dan memasukkannya ke dalam mausoleum (monumen makam)," ujar Galko.
Anna pun sekarang mengkhawatirkan keselamatannya. Di Ukraina, dia diserang secara online karena dia dianggap pro-Rusia.
Semua tetangganya menjauhinya. Ini adalah desa kecil dan semua orang saling mengenal.
"Saya tidak senang mereka membuat saya terkenal. Karena di Ukraina, sekarang mereka menganggap saya pengkhianat," katanya."
Dampak ketenaran yang sebenarnya kemudian menjadi lebih jelas di akhir wawancara. Saat BBC mengucapkan selamat tinggal padanya, Anna mencoba memberi bendera merah kesayangannya, yang bergambar arit dan palu.
"Saya tidak ingin ada masalah. Saya tidak ingin orang menggunakannya untuk melawan saya," ucap Anna, berusaha menyerahkan bendera itu, yang telah dijadikan bagian bagi propaganda Kremlin.
Sumber: akurat.co
Artikel Terkait
Kode HTML Kosong? Ini Rahasia Menulis Artikel yang Tak Terbaca Mesin Pencari!
Stadion Langit NEOM: Fakta Mencengangkan di Balik Stadion Gantung 350 Meter untuk Piala Dunia 2034
46 Anak Gaza Tewas dalam 12 Jam: Ini Serangan Mematikan Israel Sejak Gencatan Senjata
45 Tewas dalam Serangan Terbaru Israel ke Gaza, Korban Didominasi Perempuan dan Anak-anak