Dalam unggahannya di media sosial Mirziyoyev mengatakan perusuh melakukan "aksi destruktif" di Kota Nukus. Menurutnya pengunjuk rasa melempar batu, menyalakan api dan menyerang polisi.
"Sayangnya terdapat korban diantara sipil dan petugas pihak berwenang," katanya, Ahad (3/7/2022).
Dalam pernyataannya ia tidak mengungkapkan angka korban luka dan penyebabnya. Uzbekistan merupakan negara Asia Tengah yang sangat ketat peraturan. Bekas negara Uni Soviet itu menekan setiap bentuk pembangkangan.
"Terdapat laporan yang terkonfirmasi personel keamanan menggunakan kekuatan berlebih dalam unjuk rasa pada 1 Juli di Nukus," cicit Direktur Human Right Watch untuk Eropa dan Asia Tengah Hugh Williamson di Twitter.
Ia mendorong penyelidikan lebih lanjut. Kementerian Luar Negeri Kazakhstan mengatakan prihatin dengan peristiwa di negara tetangganya itu. Pada awal Januari lalu pemerintah Kazakhstan juga menggilas unjuk rasa.
"Kami menyambut baik dan mendukung keputusan pemimpin tinggi Uzbekistan untuk menstabilkan situasi di Republik Karakalpakstan," kata Kementerian Luar Negeri Kazakhstan dalam pernyataannya.
Pada Sabtu (2/7/2022) lalu Mirziyoyev mengatakan setelah unjuk rasa pecah ia memundurkan rencana memberikan otonomi daerah pada provinsi itu. Dalam pernyataannya ia mengatakan rencana itu ia mulai pada Jumat (1/7/2022).
Sumber: republika.co.id
Artikel Terkait
Iran Pakai Taktik Baru, Salvo Rudal Bikin Iron Dome Israel Eror dan Cegat Peluru Sendiri
Pertahanan Israel Lumpuh, Rudal Penangkis Malah Saling Serang
Jenderal Iran: Pakistan Bakal Jatuhkan Nuklir di Israel Jika Teheran Di-bom
Perang Lawan Iran, Ternyata Israel Habiskan Rp12 Triliun Per Hari