POLHUKAM.ID - Jumlah warga Gaza, Palestina, yang menjadi korban genosida Israel terus meningkat.
Hingga 5 November 2023, setidaknya ada 10.022 warga Gaza yang tewas akibat serangan Israel tanpa henti sejak 7 Oktober lalu.
Jumlah itu termasuk 4.140 anak-anak dan 2.641 perempuan.
Dikutip dari AlJazeera, jumlah korban luka di Gaza juga tak kalah meningkat
Jumlah tersebut diperkirakan terus meningkat mengingat banyak korban masih terjebak di reruntuhan.
"Jumlah (korban tewas) diperkirakan akan meningkat karena setidaknya 2.000 orang masih tertimbun reruntuhan."
"Masalahnya adalah dengan kurangnya alat berat dan mesin, tim penyelamat di lapangan tidak dapat mengeluarkan jasad para korban dari bawah reruntuhan," lapor koresponden AlJazeera, Hani Mahmoud, dari Khan Younis di Gaza selatan.
"Tonggak sejarah yang mengejutkan" ini merupakan akibat dari pengeboman tanpa pandang bulu yang dilakukan Israel terhadap rumah-rumah warga sipil, rumah sakit, kamp pengungsi, dan sekolah, kata Medical Aid for Palestines (MAP), sebuah organisasi yang berbasis di Inggris.
"Berapa banyak lagi kematian yang diperlukan untuk mengakhiri serangan ini?" kata Fikr Shalltoot, Direktur kelompok itu di Gaza.
"Saat kami menyaksikan rumah, rumah sakit, dan sekolah hancur menjadi puing-puing, kami menangisi sedikit pun rasa kemanusiaan dari para pemimpin dunia."
Israel, yang berdalih akan menghancukan kelompok Hamas, selama satu bulan, serangan mereka justru menargetkan warga sipil.
Krisis kemanusiaan di Gaza semakin diperparah dengan pengepungan yang dilakukan Israel.
Buntut pengepungan itu, akses menyalurkan bantuan dan barang-barang penting ke Gaza tertutup.
Sebanyak 16 dari 35 rumah sakit di Gaza terpaksa berhenti beroperasi karena jumlah orang terluka terus meningkat, sedangkan bahan bakar sulit didapatkan.
Ketika kondisi di Gaza semakin memburuk dan jumlah korban tewas terus meningkat, seruan untuk mengakhiri pertempuan semakin meningkat.
Pada akhir Oktober 2023, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) memberikan suara terbanyak untuk mendukung gencatan senjata.
Tetapi, baik Israel maupun sekutu terkuatnya, Amerika Serikat (AS), menolak seruan tersebut.
Mereka mengatakan, berakhirnya pertempuran akan memberikan waktu bagi Hamas untuk berkumpul kembali.
Tetapi, baru-baru ini, Presiden AS, Joe Biden, menyerukan jeda sejenak agar bantuan kemanusiaan dapat disalurkan ke Gaza, namun Israel kurang menunjukkan antusiasme terhadap gagasan ini.
Terpisah, warga Palestina khawatir serangan tidak akan berakhir karena Israel masih terus membombardir Gaza tanpa henti.
"Apakah kamu menikmati film horor ini?" kata warga kamp pengungsi al-Shati, Zak Hania, kepada para pemimpin dunia dalam sebuah wawancara dengan AlJazeera.
"Berapa banyak orang yang perlu mati, (perlu) dibunuh, demi rakyatnya, demi dunia, agar para pemimpin dunia bisa bergerak untuk melakukan sesuatu?"
"Kami meminta gencatan senjata. Kami semua adalah warga sipil," tutur dia.
Artikel Terkait
Stadion Langit NEOM: Fakta Mencengangkan di Balik Stadion Gantung 350 Meter untuk Piala Dunia 2034
46 Anak Gaza Tewas dalam 12 Jam: Ini Serangan Mematikan Israel Sejak Gencatan Senjata
45 Tewas dalam Serangan Terbaru Israel ke Gaza, Korban Didominasi Perempuan dan Anak-anak
Mantan PNS Filipina Penyingkap Korupsi Ditembak Mati, Pemicu Gelombang Demonstrasi