Para pemimpin Gereja di Yerusalem juga meminta para jemaatnya untuk tidak melakukan perayaan Natal yang berlebihan dan mendorong para imam dan umat Kristen untuk fokus pada makna spiritual Natal dengan menyerukan doa yang sungguh-sungguh untuk perdamaian yang adil dan abadi bagi Tanah Suci tercinta.
"Tahun ini, perayaan Natal ditiadakan di Bethlehem. Alasannya jelas, karena mustahil untuk melakukan perayaan ketika rakyat dan saudara kita di Gaza sedang mengalami genosida, saat anak-anak dibantai dengan cara yang begitu brutal," kata Pendeta Munter Isaac dari Gereja Evangelical Lutheran di Bethlehem dikutip dari Associated Press.
Pada tahun 2023 ini, pendeta gereja Kota Bethlehem, Yerusalem dan sekitarnya sepakat untuk memperingati Natal hanya dengan doa bersama untuk meminta perdamaian, tanpa ada perayaan meriah.
Selain memanjatkan doa, Pendeta dan jemaat Gereja Evangelical Lutheran juga membuat dekorasi khusus saat menyambut Natal tahun ini, sebagai bentuk solidaritas terhadap penderitaan warga Gaza di Palestina.
Tahun ini, Gereja Evangelical Lutheran menampilkan adegan Yesus berselimut kain Kaffiyeh (syal bermotif kotak-kotak hitam putih yang menjadi lambang identitas Palestina) yang tergeletak di atas puing-puing retuntuhan bangunan.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: jember.jatimnetwork.com
Artikel Terkait
Kode HTML Kosong? Ini Rahasia Menulis Artikel yang Tak Terbaca Mesin Pencari!
Stadion Langit NEOM: Fakta Mencengangkan di Balik Stadion Gantung 350 Meter untuk Piala Dunia 2034
46 Anak Gaza Tewas dalam 12 Jam: Ini Serangan Mematikan Israel Sejak Gencatan Senjata
45 Tewas dalam Serangan Terbaru Israel ke Gaza, Korban Didominasi Perempuan dan Anak-anak