Namun, menurut pernyataannya, ia belum pernah menjumpai pejabat yang memintanya untuk membuat dokumen palsu.
Meski begitu, klien yang pernah ditanganinya membuat dokumen palsu berupa ijazah untuk melamar di berbagai perusahaan.
"Kalau pejabat saya belum pernah waktu itu. Cuma ketika dia (klien) bikin ini, dia buat ngelamar ke sini, buat ngelamar ke seluruh Indonesia," bebernya lagi.
Saat ditanya mengenai jangka waktu yang dibutuhkan untuk membuat dokumen palsu tersebut, GNT mengaku tak memerlukan waktu yang lama.
Bahkan untuk membuat ijazah palsu, dibutuhkan hanya satu hingga dua jam.
"Satu jam hingga dua jam selesai bikin ijazah palsu," ujarnya.
Rismon Sianipar kemudian menanyakan tentang materai lawas dan warna kertas yang harus digunakan saat membuat ijazah palsu dari tahun jadul.
Menurut GNT, para pemilik kios di Pasar Pramuka yang mampu membuat dokumen seperti itu telah menyiapkan kertas khusus yang diasapkan di dapur, sehingga memberikan warna kuning usang.
Namun, perihal tinta, GNT tak dapat menjaminnya. Ia mengatakan jika masing-masing pemilik kios di Pasar Pramuka memiliki keahlian dan spesialisasi yang berbeda-beda dalam membuat dokumen palsu, sehingga tak semuanya dapat menjual ijazah palsu.
Lebih lanjut, narasumber tersebut juga mengatakan bahwa beredar desas-desus di Pasar Pramuka tentang dugaan ijazah palsu Jokowi.
Ia mengaku banyak temannya di pasar tersebut yang yakin jika ijazah milik Presiden Republik Indonesia ke-7 itu dibuat di Pasar Pramuka.
Tetapi, ia tak bisa menyebutkan siapa pelaku yang dicurigai.
Walau begitu, terdapat kecurigaan tentang keterlibatan mantan Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Wamendes PDTT), Paiman Raharjo.
"Kalau desas-desus (tentang ijazah Jokowi) belum begitu jelas, cuma banyak orang atau banyak teman meyakini (bikin) di sana. Cuma kita belum mengerucut atau menuduh ke salah satu orang atau apa. Kalau pandangan saya pribadi, di situ ada pernah ada seorang pembuat pemalsuan-pemalsuan dokumen itu ada yang jadi pejabat," ujar GNT.
Rismon Sianipar kemudian menanyakan berapa persentase ijazah palsu dibuat mirip dengan aslinya.
"Kalau misalnya ijazah itu hasilnya apakah 100 persen persis dengan contohnya?" tanya Rismon Sianipar.
GNT menjelaskan jika hasil bergantung dengan uang yang diberikan.
Semakin mahal uang yang dibayarkan, maka semakin mirip ijazah palsu tersebut dengan yang aslinya.
"Kalau masalah hasil itu tergantung harga. Contohnya, harga 600 ribu atau 500 ribu ya asal-asalan. Kertasnya juga. Tapi kalau berani bayar 5 juta, dibikin mirip asli. Begitu juga dengan ijazah sarjana, insinyur, segala macam," kata narasumber tersebut.
Pada akhir pembicaraannya dengan Rismon Sianipar, GNT yang kini sudah tak lagi melayani jasa pembuatan dokumen palsu memberi saran kepada pemerintah untuk lebih teliti dalam menyeleksi pejabat.
Ia meminta agar pemerintah benar-benar memastikan jika ijazah yang dimiliki oleh seseorang dikeluarkan langsung dari universitas atau sekolah yang bersangkutan.
"Harus lebih teliti dari pemerintahnya atau yang penerima daripada pejabat itu dari seleksi awalnya. Dari seleksi dokumennya semua harus teliti, benar-benar dicek di universitas yang mengeluarkan atau sekolah yang mengeluarkan. Karena memang banyaknya dan maraknya pemalsuan itu. Dan di Pasar Pramuka ini bukan dari Jakarta aja, seluruh Indonesia, bahkan orang asing," pungkasnya lagi.
👇👇
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur