Tak Cuma Tom Lembong, Semua Mendag di Era Jokowi Lakukan Impor Gula, Berikut Data Lengkapnya!

- Minggu, 20 Juli 2025 | 13:30 WIB
Tak Cuma Tom Lembong, Semua Mendag di Era Jokowi Lakukan Impor Gula, Berikut Data Lengkapnya!
  • 2014: 2,93 juta ton
  • 2015: 3,36 juta ton
  • 2016: 4,74 juta ton
  • 2017: 4,48 juta ton
  • 2018: 5,03 juta ton
  • 2019: 4,09 juta ton
  • 2020: 5,54 juta ton
  • 2021: 5,48 juta ton
  • 2022: 6,01 juta ton
  • 2023: 5,07 juta ton


Artinya terlepas dari kasus Tom Lembong, enam Mendag yang menjabat di era pemerintahan Jokowi, tak satu pun yang tidak lepas dari kebijakan impor gula.


Selama kurun waktu tersebut, Mendag berganti-ganti, mulai dari Rachmat Gobel (2014-2015), Tom Lembong (2015-2016), Enggartiasto Lukita (2016-2019), Agus Suparmanto (2019-2020), Muhammad Lutfi (2020-2022), hingga Zulkifli Hasan (2022-2024).


p


Mengapa Indonesia Selalu Impor Gula?


Menurut data USDA (Departemen Pertanian Amerika Serikat), Indonesia bersama dengan China, selalu menempati urutan pertama negara importir gula terbesar di dunia.


Kondisi ini bertolak belakang bila dibandingkan saat masa Hindia Belanda di awal abad ke-20. 


Saat masih dijajah Belanda, Pulau Jawa adalah eksportir gula terbesar di dunia setelah Kuba.


Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen mengungkapkan, kondisi pergulaan Indonesia bagai ironi, dari awalnya eksportir gula terbesar kedua di dunia, menjadi importir gula terbesar.


"Masalahnya pabrik gula peninggalan Belanda ini tidak direvitalisasi sejak merdeka. Bangun pabrik baru juga sangat sedikit. Rendemen sangat rendah, karena masih pakai mesin lama. Bagaimana mungkin pabrik gula yang masih pakai ketel uap peninggalan Belanda bisa bersaing," kata Soemitro, beberapa waktu lalu.


Sebaliknya, pabrik gula baru yang marak dibangun sejak Orde Baru malahan pabrik gula rafinasi untuk industri. 


Di mana hampir seluruh bahan bakunya (raw sugar) merupakan impor.


Gula yang jadi komoditas penting abad 19, membuat banyak investor dari Eropa ramai-ramai membangun pabrik gula (PG) di Hindia Belanda, khususnya di Pulau Jawa pasca-era Tanam Paksa. 


Setelah merdeka, Indonesia mewarisi 179 PG yang kemudian dikelola sejumlah BUMN perkebunan.


Pabrik-pabrik gula tua BUMN ini sudah banyak yang tutup lantaran terus merugi. 


Selain itu, banyak PG eks Belanda yang gulung tikar karena kekurangan bahan baku seiring menyusutnya lahan tebu di Jawa.


Menurut Sumitro, dengan produksi mencapai 3 juta ton di tahun 1930 serta konsumsi gula domestik tak sebesar sekarang, Indonesia mengalahkan negara-negara produsen utama gula dunia saat itu seperti Thailand, Brasil, dan India. 


Namun saat ini, negara-negara tersebut telah menyalip posisi Indonesia.


Brasil contohnya, produksi gula negara tersebut saat ini mencapai lebih dari 29 juta ton, disusul India dengan produksi 29 juta ton, China 11 juta ton, dan Thailand 5 juta ton.


Sementara Indonesia, produksi gula lokalnya malah menyusut dari 3 juta ton menjadi 2,2 juta ton, di saat bersamaan, penduduknya semakin banyak yang artinya konsumsi gulanya sudah jauh meningkat.


Sumber: Kompas

Halaman:

Komentar