Menanggapi hal tersebut, Ketua Relawan Bala Anies, Sismono Laode, mengatakan pihaknya sudah lama menduga bahwa deklarasi tersebut hanya setting-an.
"Kami sudah menduga dengan analisis tajam dan fakta-fakta, bahwa acara deklarasi itu adalah agenda setting-an yang dilakukan oleh sekelompok orang yang ketakutan dengan elektabilitas Anies Baswedan," ujar Laode saat dihubungi Polhukam.id, Senin (13/6).
Dia berasumsi agenda tersebut dilakukan oleh lawan yang memiliki kepentingan ekonomi dan politik tertentu yang tidak menginginkan posisi Anies Baswedan makin tinggi di kalangan masyarakat.
"Mereka ini tidak mendapat apresiasi dari masyarakat atau rancangan yang mereka inginkan itu ternyata tidak mampu memendam suara Pak Anies," tambah dia.
Lebih lanjut, ia mengungkit survei-survei elektabilitas capres dan cawapres RI yang marak dilakukan belakangan. Dalam survei-survei tersebut, Anies Baswedan jarang menempati posisi pertama.
"Kalau mereka memang menang, harusnya nggak perlu khawatir ya. Tapi ini kan kekhawatiran yang luar biasa. Makanya mereka melakukan agenda setting-an ini, tidak hanya pada level kampanye hitam tetapi juga dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu," tandasnya.
Laode menutup pernyataannya dengan menyarankan pihak yang merasa menjadi lawan Anies Baswedan untuk bertanggung jawab secara intelektual dan terdidik. Alih-alih membuat agenda setting dengan memanfaatkan kelompok tertentu, sebaiknya kampanyekan prestasi-prestasi yang dapat menarik simpati rakyat.
"Kalau memang berpihak pada rakyat, sampaikan keunggulan dan kebijakan apa yang berpihak pada rakyat. Jangan melakukan model-model kampanye seolah dekat dengan rakyat tapi kebijakannya justru menyengsarakan rakyat. Kepentingan rakyat bawah ini yang harus kita lihat," tutup dia.
Sumber: genpi.co
Artikel Terkait
Tipu-Tipu Ijazah Jokowi Akhirnya Terbongkar
Wow! Maia Estianty Sebut Irwan Mussry Jadi Sponsor Utama Akad Nikah Al Ghazali dan Alyssa Daguise
Pernikahan Al Ghazali dan Alyssa Daguise Jadi Perhatian, Berikut Harga Perhiasan yang Dipakai
Fadli Zon Dikecam Buntut Pernyataan Tak Ada Bukti Rudapaksa Massal pada Mei 1998