Otak Korupsi Bank BUMN di Pringsewu Terungkap: Kuras Dana Nasabah Rp 17,9 Miliar dengan Akun Palsu

- Selasa, 22 Juli 2025 | 21:10 WIB
Otak Korupsi Bank BUMN di Pringsewu Terungkap: Kuras Dana Nasabah Rp 17,9 Miliar dengan Akun Palsu


Seorang Relationship Manager Funding Transaction (RMFT) PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Pringsewu, berinisial CA alias CND, resmi ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Tinggi (Kejati) Lampung.

Tidak tanggung-tanggung, wanita ini diduga menjadi otak di balik raibnya dana nasabah senilai Rp 17,9 miliar dalam periode 2021 hingga 2025.

Penetapan ini menjadi puncak dari serangkaian penyidikan intensif yang dilakukan oleh tim Pidana Khusus Kejati Lampung.

Setelah memeriksa maraton 40 orang saksi dan mengantongi dua alat bukti yang kuat, penyidik akhirnya menunjuk CA sebagai dalang utama dalam skandal pembobolan dana yang sistematis ini.

"Tim Penyidik pada Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Lampung setelah memperoleh dua alat bukti yang cukup telah menetapkan tersangka Tersangka CA alias CND yang menjabat sebagai RMFT di BRI Cabang Pringsewu sebagai tersangka," ujar Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Lampung, Armen Wijaya.

Sebagai seorang Relationship Manager, CA memiliki akses dan kepercayaan penuh dari nasabah prioritas. Namun, posisi strategis ini justru disalahgunakan untuk melancarkan aksi jahatnya.

Kejati Lampung membeberkan modus operandi CA yang terbilang canggih dan berlapis, menunjukkan adanya perencanaan yang matang.

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab pekerjaannya tersebut, tersangka CA melakukan perampokan dana nasabah dengan modus yang beragam.

"Pada pokoknya pelaku telah melakukan penarikan dana atas nama nasabah, diguanakan fasilitas fake account atas nama nasabah (selaku pemilik dana), melakukan pembelanjaan fiktif pada mesin EDC (electronic data capture), mengajukan pinjaman personal dengan jaminan (collateral) fiktif dengan cara mengatur agar uang bertambah dan target pencapaian dana total terpenuhi, hal tersebut menyebabkan penggelapan untuk memperkaya diri sendiri dan orang lain secara melawan hukum," beber Armen.

Secara sederhana, CA tidak hanya menarik uang nasabah secara diam-diam. Ia juga menciptakan akun-akun palsu untuk menampung dan memutar uang haram, melakukan transaksi gesek tunai fiktif pada mesin EDC untuk mencairkan dana, hingga mengajukan pinjaman menggunakan jaminan bodong.

Semua dilakukan demi memperkaya diri sendiri dengan mengorbankan dana milik masyarakat.

Dalam upaya pemulihan kerugian negara, Tim Penyidik telah melakukan penggeledahan dan berhasil menyita sejumlah aset yang diduga kuat berasal dari hasil kejahatan.

Aset tersebut antara lain:
  • Satu buah Sertifikat Tanah dan Bangunan di Gunung Kanci, Pringsewu, senilai Rp 450 juta.
  • Beberapa unit kendaraan.
  • Uang hasil investasi di beberapa restoran dengan total nilai Rp 552,6 juta.
  • Total aset yang berhasil diamankan dan ditaksir nilainya mencapai sekitar Rp 3,7 miliar.
Angka ini tentu masih sangat jauh dari total kerugian negara yang mencapai Rp 17,9 miliar. Ini artinya, masih ada lebih dari Rp 14 miliar uang nasabah yang belum diketahui rimbanya dan menjadi tugas berat bagi penyidik untuk terus melacak aliran dana tersebut.

Untuk kepentingan penyidikan lebih lanjut, CA kini harus merasakan dinginnya lantai penjara.

"Tersangka CA hari ini telah dilakukan penahanan, untuk kepentingan penyidikan. Tersangka dilakukan penahanan di tingkat penyidikan dengan penahanan di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II A Bandar Lampung terhitung sejak tanggal 21 Juli 2025 s/d 09 Agustus 2025," kata Armen.

Atas perbuatannya, CA dijerat dengan pasal berlapis, yaitu Primair Pasal 2 Ayat (1) jo. Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang ancaman hukumannya adalah pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun serta denda minimal Rp 200 juta.

Penangkapan ini menjadi kado istimewa dari Kejati Lampung menjelang Hari Bhakti Adhyaksa ke-65 yang jatuh pada 22 Juli 2025, sekaligus menjadi sinyal tegas bahwa aparat tidak akan memberi ampun bagi para pelaku korupsi yang merusak sendi-sendi perekonomian dan kepercayaan publik.

Sumber: suara
Foto: Tersangka korupsi dana nasabah BRI Cabang Pringsewu ditahan Kejati Lampung. [Dok Penkum Kejati Lampung]

Komentar