Studi Kasus Jokowi: Rasa Malu Itu Lebih Gatal dari Kurap Yang Tak Mau Sembuh!

- Senin, 28 Juli 2025 | 15:50 WIB
Studi Kasus Jokowi: Rasa Malu Itu Lebih Gatal dari Kurap Yang Tak Mau Sembuh!


Studi Kasus Jokowi: Rasa Malu Itu Lebih 'Gatal' dari Kurap Yang Tak Mau Sembuh!


Oleh: Ali Syarief

Akademisi


Mungkin ia tak pernah berdusta di pengadilan. Tak juga masuk bui karena ingkar janji. 


Tapi di pengadilan rakyat, vonisnya sudah jatuh: kepercayaan terkikis, legitimasi runtuh. 


Inilah risiko terbesar bagi pejabat publik yang berbohong—bukan semata soal hukum, tapi biaya sosial dan politik yang tak terukur


Ketika ucapan pemimpin tak lagi sejalan dengan kenyataan, yang remuk bukan hanya reputasinya, melainkan harapan kolektif jutaan rakyat yang pernah percaya.


Jokowi adalah contoh paling nyata dari paradoks ini.


Dalam sistem demokrasi yang sehat, kejujuran pejabat publik adalah fondasi dasar yang menopang kepercayaan rakyat. 


Begitu kepercayaan itu retak akibat kebohongan, maka harga yang harus dibayar tidak hanya mahal, tetapi berlarut-larut. 


Kebohongan seorang pejabat publik bukan sekadar pelanggaran etika, tapi juga bisa menjadi bentuk pengkhianatan terhadap mandat rakyat.


Studi kasus Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan gambaran nyata bagaimana kebohongan politik, meski tak selalu diproses secara hukum, bisa berdampak luas secara sosial dan politik.


Antara Janji dan Realitas: Jalan Pulang yang Hilang


Jauh sebelum kekuasaan membentang di tangannya, Jokowi pernah berdiri di antara rakyat sambil bersumpah akan menjaga demokrasi, melawan dinasti, dan menegakkan keadilan. 


Ia janji tak akan menyeret keluarga ke pusaran politik, tak akan membiarkan lembaga negara menjadi alat kekuasaan.


Namun, ketika putranya tiba-tiba melesat dari wali kota Solo ke kursi calon wakil presiden, dan saat Mahkamah Konstitusi—yang dipimpin oleh paman si anak—mengubah syarat pencalonan dengan aroma manipulasi, semua kata-kata itu berubah jadi abu. Seperti daun kering janji yang dibakar kekuasaan.


Dan anehnya, tak ada rasa malu. Tak ada pernyataan klarifikasi. Tak ada tanggung jawab moral. 


Hanya senyum tipis, seolah rakyat bisa dibohongi dan akan melupakan semuanya dengan cepat.

Halaman:

Komentar

Terpopuler