Usai upacara, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, bersama tamu undangan menyaksikan pagelaran musik dari paduan suara Alumni Gita Bahana Nusantara (GBN) dan orkestra dari SMKN 2 Cibinong, serta pertunjukkan Reog (Reyog) Ponorogo.
Sebelumnya, Mendikbudristek menyatakan bahwa semangat berbudaya para seniman dan pelaku budaya kian bangkit. Tampak dari berbagai karya yang ‘lebih’ merdeka.
“Itu semua berkat kegigihan kita untuk merdeka dalam berbudaya. Dampaknya, sekarang tidak ada lagi batasan ruang dan dukungan untuk berekspresi, untuk terus menggerakkan pemajuan kebudayaan,” demikian pidatonya di hadapan peserta upacara di Jakarta, Jumat lalu dalam keterangan tertulis, Senin (16/5/2022).
Sementara itu, Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan, Kemendikbudristek, Hilmar Farid, berharap agar Hardiknas menjadi momen kebangkitan yang digunakan sepenuhnya oleh para seniman dan pelaku budaya. “Harapan saya, momen kebangkitan ini kita gunakan penuh. Hubungan kebudayaan dengan pendidikan sangat penting, karena kebudayaan adalah sumber belajar sekaligus tujuan pembelajaran. Hasil pendidikan nantinya adalah kebudayaan kita meningkat. Maka, untuk generasi muda teruslah kenali negerimu, kenali budayamu, supaya kecintaan terhadap budaya itu bertambah,” pesannya.
Para peserta upacara di lingkungan Kemendikbudristek terdiri atas jajaran pejabat dan staf Kemendikbudristek, perwakilan peserta didik, dan mahasiswa. Mereka hadir dalam balutan kain khas Nusantara, yaitu tenun, serta ragam pakaian adat dari seluruh penjuru Indonesia, seperti Kain Tenun Badui, Tenun Gringsing dan Rangrang Bali, Tenun Siak Riau, Tenun Sasak Nusa Tenggara Barat, Tenun Ikat Nusa Tenggara Timur, Tenun Ulos Toba, Tenun Toraja Sulawesi Selatan, Tenun Bugis Sulawesi Selatan, Tenun Sarung Mandar Sulawesi Barat, Tenun Lurik Yogyakarta, serta pakaian adat Minangkabau dan Palembang.
Upacara peringatan Hardiknas tahun ini juga menghadirkan jamuan tradisional khas Indonesia untuk para peserta dan undangan. Mereka dapat menikmati Jamu yakni minuman herbal yang terbuat dari rempah-rempah. Jamu yang merupakan budaya kesehatan warisan nenek moyang umumnya dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional.
Peneliti Warisan Budaya Takbenda, Gaura Mancacaritadipura yang hadir pada kesempatan ini menilai jamu dapat menjadi persembahan Indonesia bagi dunia, khususnya di masa pandemi.
“Jamu punya nilai kebudayaan yang kuat. Pembuat jamu biasanya berdoa bagi kesehatan pemesannya sebelum membagikan jamu,” tuturnya.
Dia juga mengungkapkan bahwa komunitas jamu di seluruh Indonesia jumlahnya sangat banyak dan mereka terus berupaya menyosialisasikan jamu sebagai obat tradisional yang berkhasiat dan menyembuhkan.
Tak luput dinikmati para peserta dan undangan upacara yaitu Tempe, makanan khas Indonesia yang lezat dan sehat yang telah membudaya dalam kehidupan masyarakat Jawa sejak abad ke-16 Masehi. Beragam masakan yang berbahan dasar tempe disajikan sebagai hidangan utama maupun kudapan. Tradisi pembuatan tempe diwariskan dan dibawa ke dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur