Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengakui Indonesia memiliki modal yang jauh lebih baik untuk menghadapi Covid-19 yaitu imunitas vaksin dua dosis dan dosis penguat (booster).
Tetapi modal kekebalan tubuh ini harus terus ditingkatkan, khususnya cakupan vaksin tiga dosis. "Indonesia harus mengejar imunitas dengan vaksinasi dosis lengkap dan booster, terutama mengejar (cakupan) kelompok rawan atau pada kelompok dewasa yang sudah divaksin dosis primer lebih dari enam bulan," ujar Dicky saat dihubungi Republika, Jumat (17/6/2022).
Dicky menyebutkan pembaruan data efikasi vaksin Covid-19 dari riset yang dimuat di Nature menunjukkan bahwa untuk merespons subvarian omicron apalagi BA.4 maka booster vaksinasi dengan messenger RNA (mRNA) seperti Pfizer atau Moderna menjadi sangat penting.
"(Indonesia) harus mengejar cakupan vaksin Covid-19 dosis 3 sampai setidaknya 50% di populasi umum dan 70% di populasi rawan/berisiko," katanya. Kendati demikian, Dicky menilai Indonesia kini telah memiliki imunitas lebih baik daripada saat varian delta menyerang beberapa waltu lalu karena cakupan vaksinasi dua dosis yang lebih banyak. Ia juga menilai cakupan booster walaupun masih di bawah 25% persen, setidaknya jauh lebih baik.
Dari sisi pemahaman dan kemampuan dan di lapangan, Dicky juga menilai sudah lebih baik dibandingkan 2021. Artinya literasi pandemi di kalangan pemerintah meningkat.
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur