Sosok Oknum BIN yang Jadi Petinggi di Al Zaytun, Inisial MYR AS, Ini Perannya

- Minggu, 09 Juli 2023 | 11:30 WIB
Sosok Oknum BIN yang Jadi Petinggi di Al Zaytun, Inisial MYR AS, Ini Perannya


Namun demikian, Imam menyebutkan, tawaran perlindungan dari Moeldoko baru disampaikan pada beberapa waktu terakhir, ketika mantan panglima TNI itu sudah menjabat sebagai KSP.


"Ketika sudah jadi KSP. Kan mulai Pak Panji itu mulai nyeleneh-nyelenehnya itu kan belakangan ini, mulai 2020 ke sini," kata Imam.


Terpisah, Moeldoko telah berulang kali membantah tudingan yang menyebut dirinya sebagai "beking" di balik Pondok Pesantren Al Zaytun.


"Jangan mantan Panglima dibilangnya beking, emang gue preman apa? Enggak benar nih. Saya juga bisa marah, saya juga bisa marah," ujar Moeldoko di Gedung Bina Graha, Jakarta, Senin (3/7/2023).


Moeldoko pun menjelaskan, ia pernah mendatangi ponpes yang dipimpin Panji Gumilang itu sejak masih menjabat sebagai Pangdam Siliwangi.


Kedatangannya ke sana untuk melihat secara langsung apa yang terjadi di ponpes tersebut.


"Begitu ada penyimpangan saya orang pertama yang bertindak," katanya.


Moeldoko pun tak mempersoalkan bila Panji akhirnya diperiksa Bareskrim Polri beberapa waktu lalu. Sebab, sebagai warga negara, tidak ada istilah kekebalan hukum untuk siapapun.


"Ya periksa saja, kenapa, sebagai warga negara enggak ada kekebalan, siapa saja periksa saja. Saya sering tegaskan, saya sudah bicara ke Pak Panji Gumilang, 'Hei macem-macem gue orang pertama yang akan beresin', itu," tegas Moeldoko.


NII Masih Lakukan Kaderisasi


Pendiri Pondok Pesantren  Al Zaytun  Imam Supriyanto mengungkapkan bahwa Negara Islam Indonesia (NII) masih aktif melakukan kaderisasi.


Ia menuturkan, ada 42 imam atau pimpinan NII yang melakukan kaderisasi, salah satunya adalah pimpinan Al Zaytun,  Panji Gumilang.


"Masih ada perekrutan dan NII itu kan bukan hanya Pak Panji saja yang sekarang," kata Imam dalam program Gaspol! Kompas.com, Rabu (5/7/2023).


Imam menuturkan, Al Zaytun awalnya juga didirikan sebagai salah satu program dari NII Komandemen Wilayah (KW) 9.


Imam menjelaskan, keberadaan NII di Indonesia sejak zaman Kartosuwiryo, kemudian berlanjut ke Kahar Muzakar, lalu dilanjutkan oleh Agus Abdullah, Abu Daud, dan Adah Jaelani.


Saat masa kepemimpinan Adah Jaelani itulah, NII yang tadinya hanya memiliki 7 wilayah komandemen, bertambah menjadi 9 wilayah komandemen.


"Wilayah komandemen 9 itu meliputi, Bekasi, Jakarta, Tangerang, dan Banten pada waktu itu," tutur Imam.


Adapun KW 0 di wilayah Jakarta memiliki tugas atau misi merekrut sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berbasis akademis hingga jenjang pendidikan S-1, S-2, dan S-3. Dengan demikian, perekrutannya dilakukan sendiri oleh organisasi.


"Artinya, lulus dari lembaga pendidikan yang dibuat oleh komandemen wilayah 9," tutur Imam.


Selain merekrut SDM yang berkualitas, misi dari wilayah Jakarta adalah menghimpun sejumlah dana. Nantinya, dana dari Jakarta akan digunakan untuk menyubsidi kegiatan NII di wilayah-wilayah lainnya.


"Karena tahu Jakarta ini kan sumber dana. Jadi wilayah 9 itu akan menyubsidi ke wilayah-wilayah yang lain, begitu," tutur Imam.


Imam lantas menyebutkan, sebagai lembaga pendidikan maka Al Zaytun berada di permukaan dan dikenal masyarakat.


Artinya, pergerakan ponpes tersebut berbeda dengan pergerakan NII yang bersifat 'bawah tanah' setelah organisasi tersebut dinyatakan terlarang sejak 1962.


Akhirnya, dirancang program di mana generasi yang menempuh pendidikan di ponpes tersebut bisa bergaul dengan publik nasional maupun internasional.


"Nah, ini kan pendidikan akan diciptakan generasi kita ini supaya bisa bergaul di pergaulan nasional, maupun internasional. Artinya dia harus tahu perangkat hukum, perangkat politik dan sebagainya, sistem yang ada di permukaan," tutur Imam.


Dengan kata lain, NII merancang agar alumni Al Zaytun bisa masuk di semua aspek kehidupan.


Untuk memperkuat sistem pendidikan tersebut, disusunlah program "one pipe education system" yang berjenjang sejak pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.


"Semua aspek. Dan kita buat program yang namanya one pipe education system. Dari tingkat dasar sampai tingkat tinggi. Itu satu generasi itu (menempuh pendidikan) 20 tahun kalau enggak salah," ungkap Imam. "Itu Pak Panji yang buat. Karena dia yang memang bidangnya. Kira-kira seperti itu," tambahnya.


Sumber: tribunnews

Halaman:

Komentar

Terpopuler