Komunikasi yang smart dan elegan diperlukan untuk membangun kembali kepercayaan generasi muda terhadap negara.
Generasi yang sedang gelisah ini bukanlah kelompok yang mudah dimanipulasi dengan retorika kosong; mereka adalah individu-individu terdidik dan terpelajar yang memiliki akses luas terhadap informasi dan mampu menganalisis situasi dengan kritis.
Oleh karena itu, pemerintah perlu mengadopsi pendekatan komunikasi yang lebih inklusif, berbasis data, dan mengedepankan empati.
Penjelasan yang nyaman dan komprehensif bisa menjadi jembatan untuk meredakan kegelisahan publik.
Pemerintah harus mampu menunjukkan transparansi dalam kebijakan serta memberikan narasi yang membangun harapan dan solusi konkret.
Alih-alih sekadar membanggakan angka-angka ekonomi atau proyek-proyek besar, komunikasi pemerintah seharusnya mampu menjawab keresahan nyata masyarakat dengan memberikan arah yang jelas dan realistis.
Jika pola komunikasi yang baik tidak segera diperbaiki, maka cita-cita Indonesia Emas 2045 hanya akan menjadi harapan utopis belaka.
Bonus demografi yang digadang-gadang sebagai keuntungan besar bagi Indonesia bisa berubah menjadi bencana sosial apabila tidak dikelola dengan baik.
Generasi muda yang seharusnya menjadi tulang punggung bangsa akan kehilangan motivasi dan memilih untuk mencari masa depan di tempat lain.
Oleh karena itu, pemerintah harus segera berbenah dan menyadari bahwa komunikasi politik yang baik bukan sekadar alat propaganda, melainkan fondasi utama dalam membangun kepercayaan publik dan memastikan masa depan bangsa yang lebih baik. ***
Sumber: FusilatNews
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur