Di dalamnya termasuk kerugian yg dilakukan Riva Siahaan membeli pertalite dengan harga pertamax kepada broker Kerry (anak Riza Chalid). Artinya, Riva dan Kerry di atas kertas membuat kontrak pembelian pertamax yg harganya lebih tinggi. Padahal sejatinya yg dibeli hanyalah pertalite yg harganya lebih rendah. Kemudian ditambahkan zat pewarna pada proses meadstream untuk merubah wujud pertalite menjadi pertamax.
Selanjutnya, manipulasi dan Mark-up harga yang begitu tinggi mengakibatkan penentuan harga indeks pasar (HIP) kepada masyarakat menjadi tinggi. Konsekusninya, mengakibatkan pembengkakan beban APBN untuk membayar kompensasi dengan kerugian Rp 126 triliun (2023) dan pembengkakan kerugian subsidi BBM Rp 21 triliun (2023).
Pembuktian Kejagung ini menunjukan, tuduhan pemerintah selama ini, bahwa subsidi BBM kepada masyarakat membebani dan merugikan APBN adalah kalimat konyol yang tidak berdasar. Subsidi dan kompensasi BBM justru bocor dan dimanipulasi untuk membayar perilaku pejabat negara dan oligarki mafia migas.
Tidak cukup sampai disitu, Riva Siahaan, Kerry Chalid dan orang dalam sub holding Pertamina, juga terbukti melakukan manipulasi dengan menjatuhkan harga jual ekspor minyak mentah dalam negeri dengan ekses kerugian sekitar Rp35 triliun.
Sehingga total kerugian dalam setahun (2023) akibat perilaku korup ini capai Rp 193,7 triliun.
Inilah fakta yang menunjukan bahwa pertamina lewat sub holdingnya adalah ladang korupsi mafia migas yg terdiri dari pejabat dan oligarki. Dimana Riza Chalid lewat anaknya masih berkuasa mendikte pejabat negara bersama-sama merampok uang negara.
Riza Chalid dan anaknya Kerry, masih punya kuasa menitipkan dan mengendalikan kaki tangannya di tubuh pertamina lewat sub holding.
Dimana dalam kasus ini, membuktikan, bahwa Riva Siahaan (direktur utama Pertamina Patra Niaga) adalah proxy yang sengaja dipasang Riza Chalid sebagai jalur utama memuluskan proses perampokan uang negara.
Mirisinya yang mengangkat Riva sebagai direktur utama Pertamina Patra Niaga adalah Menteri BUMN Erick Tohir.
Sangat disayangkan, Riva Siahaan bekas pecatan PT. Petral, anak buah Riza Chalid dilantik Erick Tohir sebagai direktur Sub Holding Pertamina. Apa alasan Erick Tohir mengangkatnya ? Apakah Erick tidak paham Riva adalah bekas pesuruh Riza Chalid di PT. Petral ? Erick Tohir pasti paham betul. Terus apa alasan Erick Tohir mengangkatnya? Entahlah...
Seperti yang dikatakan Ahok: "Tak habis pikir, 2015, Riva sempat bekerja di anak perusahaan Pertamina yakni sebagai Bunker Trader di Pertamina Energy Services Pte Ltd (Petral)".
"Petral, sarang mafia dibubarkan, tapi kenapa kemarin orang Petral jadi Dirut Patra Niaga? Jangan tanya saya, tanya ke Menteri BUMN dong!”.
"Petral (mafia) dibubarkan, tapi kenapa orang Petral jadi Dirut Patra Niaga? Jangan tanya pada saya, anda tanya Menteri BUMN dong,"
Ahok bongkar HABIS KORUPSI Pertamina 😎 pic.twitter.com/3Yuji0ozKa
Saya tidak sedang membela Ahok. Dia banyak bacot untuk mengalihkan perhatian. Dia juga salah satu yang berpotensi terlibat dan pantas diperiksa kejagung.
Pertamina dan impor minyak memang selalu menjadi incaran para mafia, termasuk pejabat korup untuk memperkaya diri.
Lihat saja, saat ini tingkat produksi minyak nasional hanya mencapai sekitar 580.000 barel per hari, sementara konsumsi BBM nasional mencapai 1,5 juta barel per hari. Ini memicu defisit pasokan energi yang signifikan.
Maka, sebagai langkah untuk menutupi kekurangan tersebut, Pertamina Patra Niaga melakukan impor sekitar 500.000 barel BBM setiap hari. Sementara kilang Pertamina juga mengimpor minyak mentah dengan jumlah yang sama, yakni 500.000 barel per hari.
Dengan demikian, menghasilkan total impor per hari sebanyak 1 juta barel, yang terdiri dari BBM dan minyak mentah. Potensi impor yg begitu besar, menjadi sangat seksi, menjadi incaran para pemburu rente merampok uang negara lewat proses murk-up.
Selama produksi minyak masih sengaja disetir mafia dan pejabat negara dengan pola produksi merampok yg terus membuat jumlahnya anjlok, sehingga indonesia masih terus bergantung tinggi terhadap impor, selama itu juga pola korup yg merugikan negara dan menyulitkan rakyat akan terus terjadi.
Untuk masalah seberat ini, prabowo masih saja setia dengan omon-omonnya. Shame on you. ***
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur