Belokkan Substansi Soal Ijazah Jokowi, UGM Jangan Cawe-Cawe!

- Minggu, 13 April 2025 | 17:35 WIB
Belokkan Substansi Soal Ijazah Jokowi, UGM Jangan Cawe-Cawe!

Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Sigit Sunarta, menegaskan bahwa tuduhan tersebut tidak berdasar dan menyesalkan penyebaran informasi yang menyesatkan. 


Dia menjelaskan bahwa pada masa itu, penggunaan font serupa "Times New Roman" sudah lazim di kalangan mahasiswa. 


Beberapa percetakan di sekitar kampus, seperti Prima dan Sanur, memang menyediakan jasa cetak sampul dan lembar pengesahan dengan gaya font yang mirip. 


“Fakta adanya mesin percetakan di sekitar kampus seperti Prima dan Sanur seharusnya diketahui, karena yang bersangkutan juga kuliah di UGM,” kata Sigit Sunarta, Jumat (21/3/2025).


Dia juga menambahkan bahwa skripsi Jokowi sendiri masih ditulis menggunakan mesin ketik. 


Hanya sampul dan lembar pengesahannya yang dicetak di percetakan, praktik yang umum di kalangan mahasiswa saat itu. 


Soal permasalahan format nomor ijazah Jokowi yang disebut tidak menggunakan klaster, Sigit Sunarta meluruskan bahwa di masa itu, Fakultas Kehutanan UGM memang memiliki kebijakan penomoran tersendiri. 


Penomoran ijazah didasarkan pada urutan nomor induk mahasiswa yang lulus, ditambah kode fakultas (FKT).  Kebijakan ini berlaku untuk semua lulusan, bukan hanya Jokowi. 


“Nomor tersebut memang mengikuti urutan nomor mahasiswa yang lulus dan ditambahkan kode fakultas, jadi tidak ada yang aneh,” kata Sigit Sunarta. 


Bagaimana kesaksian kakak angkatan dan teman seangkatan?


Ketua Senat Fakultas Kehutanan UGM, San Afri Awang, turut menegaskan bahwa tuduhan tersebut tidak masuk akal. Dia bahkan berbagi pengalaman pribadi saat menyusun skripsinya dulu. 


“Waktu saya bikin skripsi, saya juga cetak sampul di Prima. Zaman itu, jasa cetak sudah ada, bahkan mesin komputer IBM PC pun sudah tersedia untuk mengolah data statistik,” katanya. 


San Afri juga mengingat bahwa tak semua mahasiswa menggunakan percetakan. 


“Kawan-kawan yang ekonominya sulit, banyak yang tetap pakai mesin ketik buat sampul dan lembar pengesahan,” tuturnya. 


San Afri Awang menegaskan, Jokowi adalah mahasiswa aktif, dikenal teman-teman satu angkatan, mengikuti kegiatan kampus, dan sah lulus dari Fakultas Kehutanan UGM. 


Sementara itu, Frono Jiwo, teman seangkatan Jokowi, mengaku prihatin dengan tuduhan ini. 


Dia membenarkan bahwa mereka masuk kuliah bareng pada 1980 dan lulus bersama di 1985. 


Frono Jiwo juga memastikan bahwa ijazahnya dan Jokowi sama dalam format dan tanda tangan rektor maupun dekan. 


“Yang beda cuma nomor kelulusan,” jelasnya. 


Frono Jiwo juga menuturkan bahwa Jokowi memang dikenal pendiam, tapi punya selera humor yang tinggi saat bercengkerama dengan teman-temannya. 


Dia juga mengenang hobi mendaki gunung Joko Widodo, meski ia sendiri jarang ikut. 


“Pak Jokowi sering naik gunung, beberapa gunung di Jawa dan Sumatra sudah didaki,” katanya.


Sebagai jawaban tegas atas isu yang beredar, UGM menunjukkan bukti autentik berupa skripsi asli Jokowi yang berjudul Studi Pola Konsumsi Kayu Lapis pada Pengrajin Mebel di Surakarta.


Skripsi tersebut tebalnya 91 halaman, ditulis dengan mesin ketik, serta memiliki lembar pengesahan dan sampul yang dicetak di percetakan. 


Penampakan skripsi milik Jokowi yang ditunjukkan oleh pihak kampus. 


Selain itu, foto wisuda Jokowi bersama teman-teman seangkatannya juga ditampilkan sebagai bukti bahwa dia benar-benar mengikuti prosesi kelulusan pada tahun 1985. 


Momen wisuda Jokowi yang dirilis UGM, tetapi pihak kampus tidak menyebutkan yang mana sosok Jokowi dalam foto tersebut. 


Sumber: MonitorIndonesia

Halaman:

Komentar

Terpopuler