Gara-Gara Hasil Riset Dunia Ini, Rocky Gerung Makin Kesal Dengan Jokowi dan Bahlil: Dua Orang Bikin Malu Negara!

- Selasa, 01 Juli 2025 | 14:30 WIB
Gara-Gara Hasil Riset Dunia Ini, Rocky Gerung Makin Kesal Dengan Jokowi dan Bahlil: Dua Orang Bikin Malu Negara!

POLHUKAM.ID - Menurut pengamat politik, Rocky Gerung, peringkat Indonesia soal masalah akademis itu juga berkaitan dengan perilaku pemimpin-pemimpin di Indonesia sendiri.


Kata Rocky Gerung, ini sebagai hal yang memalukan.


Rocky mengaku, sebenarnya hal tersebut memang membuat kesal dan marah, bahkan dia menyebut kondisi ini memalukan.


"Ada indeks lain yang akhirnya membuat kita antara marah, kesal, tapi sebetulnya indeks itu menunjukkan bahwa kita memang harus memulai mengembalikan fungsi riset, fungsi kejujuran di dalam riset, fungsi kritik di dalam metodologi," ujarnya dikutip dari YouTube Rocky Gerung Official, Selasa (1/7/2025).


"Itu yang membuat kita diakui di dunia sebetulnya, nah sekarang dunia justru memeringkatkan kita di dalam kondisi yang betul-betul memalukan bahwa kejujuran intelektual Indonesia itu nomor dua, unggulnya jadi unggul di bidang ketidakjujuran intelektual, itu maksudnya," pungkasnya.


Sebagaimana diketahui, dua peneliti dari Charles University yakni Vit Machacek dan Martin Srholec (2022) telah melakukan riset berjudul "Predatory publishing in Scopus: Evidence on cross-country differences".


Penelitian ini mengobservasi jurnal-jurnal yang diduga melakukan praktik predator ke dalam basis data kutipan Scopus. 


Mereka menyaringnya menggunakan nama jurnal dan penerbit predator yang berpotensi atau mungkin melakukannya pada Beall dan Scopus. 


Machacek dan Srholec memperoleh sebanyak 164.000 artikel yang terbit selama 2015-2017.


Analisis data dilakukan terhadap 172 negara di empat bidang penelitian. Hasilnya, menunjukkan adanya heterogenitas. 


Dua negara dengan jumlah artikel yang terbit di jurnal predator terbanyak adalah Kazakhstan dan Indonesia. 


Ada sebanyak 17 persen artikel di Kazakhstan yang terbit di jurnal yang diduga predator.


Begitu pula di Indonesia, tingkat persentasenya tak jauh beda yakni 16,73 persen artikel yang terbit di jurnal demikian.


Dampak ini juga banyak terjadi pada negara yang juga populasinya tinggi selain Indonesia seperti Nigeria, Mesir, dan Filipina. 


Peneliti juga menyebut Korea Selatan adalah yang terburuk di antara negara maju lainnya karena masuk 20 negara teratas.


Peneliti menyimpulkan bahwa negara dengan tingkat ekonomi sedang dan skor penelitian yang besar paling rentan menerbitkan artikel di jurnal yang diduga predator. Mereka juga melihat negara-negara kaya akan minyak cukup mendominasi.


Dari penelitian ini, kasus penerbitan jurnal predator ternyata masih banyak ditemui di dunia pendidikan tinggi. 


Hal tersebut dapat menunjukkan masih ada ketidakjujuran dalam hal akademis.


Jurnal predator merupakan jurnal yang tak melakukan proses peninjauan dan penyuntingan terlebih dahulu. 


Jurnal ini akan memangsa para penulis dengan cara memberikan tarif publikasi langsung kepada mereka.


Berikut Daftar 20 Negara dengan Persentase Artikel Jurnal Predator Terbanyak (2015-2017) yang dipublikasikan tahun 2024:


1. Kazakhstan: 17 persen

2. Indonesia: 16,73 persen

3. Irak: 12,94 persen

4. Albania: 12,08 persen

5. Malaysia: 11,60 persen

6. India: 9,65 %

7. Oman: 8,25 %

8. Yaman: 7,79 %

9. Nigeria: 7,31 %

10. Sudan: 7,20 %


11. Yordania: 7,19 %

12. Maroko: 6,95 %

13. Suriah: 6,88 %

14. Filipina: 6,68 %

15. Mesir: 6,65 %

16. Palestina: 6,56 %

17. Tajikistan: 6,48 %

18. Korea Selatan: 6,37 %

19. Libya: 6,06 %

20. Brunei Darussalam: 5,44 %


Sebelumnya, penelitian serupa pernah dilakukan oleh Shen dan Björk (2015) , Xia et al. (2015), dan Demir (2018), serta Wallace dan Perri (2018).


Riset-riset tersebut menyimpulkan negara Afrika Utara, India, dan Nigeria yang paling banyak melakukan penerbitan di jurnal predator.


Machacek dan Srholec menyebut penelitiannya yang terbaru menunjukkan basis data jurnal predator yang lebih komprehensif.


Mereka juga mengatakan menggunakan bukti yang jauh lebih lengkap dibanding penelitian sebelumnya.


Riset yang dilakukan Machacek dan Srholec termasuk yang pertama mempelajari perbedaan lintas negara secara sistematis antara negara-negara yang masuk daftar teratas. Namun, peneliti menyebut masih ada kekurangan dalam studinya. 


Misalnya pada cara penelitian dievaluasi di setiap negara membuat perbedaan utama tidak melihat apakah artikel yang terbit berskala nasional, proyek, atau lembaga pendanaan.


Mereka menekankan bahwa hasil penelitian mereka tak boleh ditafsirkan sebagai alasan untuk mengurangi investasi ke negara-negara tersebut.


Menurut mereka, negara-negara yang masuk daftar harus tetap melakukan inovasi nasional. 


"Namun, wajar untuk mengeluarkan catatan peringatan bahwa penerbitan predator berpotensi mempersulit evaluasi penelitian dan dengan demikian alokasi dana penelitian yang efektif di banyak sudut dunia. Negara-negara berkembang yang ingin memulai lintasan mengejar ketertinggalan teknologi perlu menanggapi kerumitan ini lebih serius dari sebelumnya," jelas peneliti.


Sindiran Telak Rocky Gerung ke Jokowi dan Bahlil


Menurut Rocky Gerung, peringkat Indonesia soal masalah akademis itu juga berkaitan dengan perilaku pemimpin-pemimpin di Indonesia sendiri.


Rocky kemudian menyinggung mengenai kasus-kasus yang dinilainya sudah banyak terjadi di Indonesia.


"Berbohong di dalam riset, memalsukan ijazah, menyogok supaya lulus skripsi, membayar supaya bisa masuk artikel internasional, kan semua itu bisa dibaca sebagai kondisi pariah di dalam lingkungan intelektual kita tuh," katanya.


Halaman:

Komentar

Terpopuler