HEBOH Terekam Kamera Gibran Si Wapres Songong Ogah Salami AHY, Isu Liar Semakin Berkembang!

- Senin, 11 Agustus 2025 | 02:15 WIB
HEBOH Terekam Kamera Gibran Si Wapres Songong Ogah Salami AHY, Isu Liar Semakin Berkembang!




POLHUKAM.ID - Suasana pelantikan Wakil Panglima TNI, enam Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) baru serta sejumlah pimpinan strategis TNI di Pusdiklatpassus Kopassus, Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Minggu (10/8/2025), diwarnai momen tak biasa.


Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka terlihat menghindari berjabat tangan dengan Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).


Momen itu terjadi di sela acara yang dipimpin langsung Presiden Prabowo Subianto


Di antara tamu undangan VIP, AHY berdiri menyambut kehadiran Gibran. 


Namun, alih-alih membalas dengan salam, Gibran hanya berlalu sambil mengangguk singkat.


Insiden ini sontak menjadi perbincangan hangat di kalangan pengamat politik, wartawan, dan media sosial.


👉 Video di Akhir Artikel


Pengamat politik Muslim Arbi menilai, gestur tersebut bukan sekadar sikap pribadi, melainkan bagian dari ketegangan politik yang lebih besar.


Ia menyebutnya sebagai babak baru rivalitas Geng Solo—istilah yang merujuk pada lingkaran politik dekat figur-figur dari Solo, termasuk Gibran dan ayahnya, mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Geng Pacitan, yang diidentikkan dengan keluarga mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Demokrat.


“Ini bukan sekadar masalah pribadi Gibran dan AHY. Ada dinamika politik yang menguat, terutama pasca-Pemilu 2024 dan menjelang konsolidasi kekuasaan pemerintahan Prabowo-Gibran,” kata Muslim Arbi, dalam keterangan persnya yang diterima, Minggu (10/8/2025).


Muslim Arbi menegaskan, dalam politik, bahasa tubuh kadang lebih tajam daripada pernyataan lisan. 


Sikap Gibran yang memilih tidak berjabat tangan, menurutnya, adalah simbol jarak politik yang kini semakin nyata.


“Gibran sedang mengirim pesan bahwa hubungan politiknya dengan AHY berada pada titik dingin. Ini bisa dibaca sebagai sinyal kepada Demokrat bahwa tidak semua pintu terbuka lebar di kabinet atau lingkar kekuasaan,” kata Muslim.


Menurut Muslim Arbi, ketegangan ini berpotensi berdampak pada stabilitas koalisi pendukung Prabowo-Gibran. 


“Demokrat bisa menggalang kekuatan agar Gibran dimakzulkan,” jelasnya.


Namun, ia juga mengingatkan bahwa politik Indonesia dinamis. 


Gestur dingin Gibran bisa saja hanya menjadi strategi sesaat untuk menunjukkan posisi tawar, yang kelak bisa mencair bila ada kesepakatan politik di belakang layar.


Muslim Arbi melihat, rivalitas Geng Solo vs Geng Pacitan punya akar sejarah yang lebih panjang. 


Sejak masa pemerintahan SBY, hubungan dengan kubu Jokowi yang kini diperpanjang melalui Gibran tidak selalu harmonis.


“Pernah ada momen hangat, tetapi juga ada persaingan pengaruh, terutama dalam memperebutkan narasi pembangunan dan basis dukungan publik,” katanya.


Menurutnya, ke depan publik akan sering melihat “adu pengaruh” antara kedua geng ini, baik di ruang kebijakan maupun dalam memperebutkan figur strategis di lembaga negara.


Peristiwa di Batujajar ini, bagi sebagian orang, mungkin hanya sekadar momen sekejap.


Namun, bagi pengamat seperti Muslim Arbi, ia adalah bagian dari puzzle besar politik Indonesia yang sedang bergerak.


“Kalau tensinya terus naik, jangan kaget kalau dalam beberapa bulan ke depan, kita melihat konstelasi politik yang berbeda dari yang dibayangkan pasca-Pemilu kemarin,” pungkasnya.


[VIDEO]




Sumber: IndoPos

Komentar