POLHUKAM.ID - Peneliti dan aktivis dokter Tifauzia Tyassuma mengumumkan bahwa buku hasil penelitian timnya terkait keabsahan dokumen dan perilaku kekuasaan Presiden ke-7 Joko Widodo telah rampung dan siap diluncurkan.
Buku berjudul "Jokowi’s White Paper: Kajian Digital Forensik, Telematika, dan Neuropolitika atas Keabsahan Dokumen dan Perilaku Kekuasaan" ini disebut sebagai buah riset kolaboratif tiga penulis dengan latar keahlian berbeda.
“InsyaAllah buku ini sudah tuntas kami teliti dan tulis. Kami memutuskan untuk menerbitkannya agar bisa dibaca luas, bukan hanya di jurnal ilmiah yang pembacanya terbatas,” ujar dokter Tifa, sapaan dr Tifauzia Tyassuma.
Terlihat dari buku yang diposting di akun X @dokterTifa, tampak sampulnya berwarna putih. Memuat ilustrasi garis sederhana (line art) dari sosok seperti Jokowi yang hanya menampakkan setengah wajahnya, sambil memegang sebuah dokumen dengan logo Universitas Gadjah Mada (UGM) di bagian atasnya.
Dua Bahasa, Target Publikasi Global
Buku ini, disebutnya, akan hadir dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Versi internasionalnya akan tersedia di Amazon, sementara versi cetak dan digital Indonesia akan didistribusikan secara luas.
Menurut dokter Tifa, penerbitan dalam format buku bertujuan agar hasil riset dapat menjangkau publik lebih luas dan menjadi catatan sejarah sekaligus pelajaran berharga bagi bangsa.
“Ini bukan penghakiman, tapi pembelaan terhadap kebenaran. Kami menulis dengan metodologi tinggi. Jika ada pihak keberatan, silakan jawab dengan riset dan buku juga,” tegasnya.
Ia menambahkan, buku adalah medium yang sulit dibungkam. “Manusia bisa dibungkam, tapi buku mustahil. Buku akan berbicara dengan atau tanpa kami.”
Rekam Jejak Dokter Tifa di Polemik Ijazah Jokowi
Dr. Tifa, dikenal di media sosial yang sering mengkritisi kebijakan publik, khususnya pada era pemerintahan Presiden ke-7 Joko Widodo. Namanya mondar-mandir di layar televisi seiring aktif mengusut isu keaslian ijazah Presiden Joko Widodo bersama Roy Suryo dan Rismon Hasiholan Sianipar.
Pada 15 April 2025, ketiganya ikut aksi Tim Pembela Ulama dan Aktivis (TPUA) di Fakultas Kehutanan UGM. Mereka menuntut klarifikasi resmi terkait dugaan ketidaksesuaian format ijazah Jokowi dengan standar tahun 1985.
Dr. Tifa secara terbuka memaparkan temuan yang dianggap janggal, mulai dari tanda tangan, format pengetikan, hingga foto yang dianggap berbeda. Pihaknya mempublikasikannya di berbagai kanal media sosial. Temuan ini kemudian memicu diskusi publik yang luas, meski pihak UGM dan kepolisian telah membantahnya.
Timeline Polemik Ijazah Jokowi (2022–2025)
11 Oktober 2022 – Rektor UGM Prof. Ova Emilia menyatakan Jokowi adalah alumnus sah Fakultas Kehutanan UGM angkatan 1980, lulus 5 November 1985. UGM mengklaim menyimpan lengkap dokumen registrasi, transkrip, skripsi, dan ijazah asli.
November 2024 – Mantan Rektor UGM Prof. Sofian Effendi disebut pertama kali menyampaikan keraguan soal ijazah Jokowi dalam forum internal kampus.
15 April 2025 – TPUA (termasuk Dr. Tifa, Roy Suryo, Rismon Sianipar) mendatangi Fakultas Kehutanan UGM meminta klarifikasi terbuka.
22 Mei 2025 – Bareskrim Polri melalui Direktorat Tindak Pidana Umum menyatakan hasil pemeriksaan laboratorium forensik membuktikan ijazah Jokowi asli. Nomor ijazah 1120 atas nama Joko Widodo, NIM 1681/KT, terbit 5 November 1985, cocok dengan dokumen pembanding milik tiga rekan seangkatan.
16 Juli 2025 – Sofian Effendi diwawancarai kanal YouTube Langkah Update dan mengulangi tuduhan lama, memicu viral di media sosial.
17 Juli 2025 – Sofian Effendi mencabut semua pernyataan dan mengakui keterangan Rektor UGM 2022 benar sesuai bukti resmi. Ia meminta maaf dan meminta video tuduhan dihapus.
Versi Bareskrim Polri dan Pandangan Guru Besar UGM
Hasil penyelidikan Bareskrim Polri menjadi poin penting meredam tuduhan. Kepala Bareskrim saat itu menegaskan, metode verifikasi forensik melibatkan analisis fisik dokumen, perbandingan kertas, tinta, cap, dan tanda tangan dengan dokumen asli tahun yang sama.
Kesimpulan pihaknya, tidak ada indikasi pemalsuan pada ijazah Jokowi. Semua elemen sesuai standar UGM 1980-an, termasuk format tulisan tangan sebelum era komputerisasi.
Dari internal kampus, Guru Besar Psikologi UGM, Prof. Koentjoro, menyebut bahwa polemik ijazah ini lebih bersifat politis ketimbang akademis.
“Jika semua bukti otentik sudah diverifikasi dan disimpan oleh universitas, seharusnya isu ini selesai. Mengulang-ulang tuduhan tanpa bukti baru justru merusak marwah akademik,” kata Koentjoro dalam wawancara media.
Peluncuran Buku: Babak Baru atau Perpanjangan Polemik?
Dr. Tifa mengklaim Jokowi’s White Paper adalah penelitian ilmiah dengan basis digital forensik, telematika, dan neuropolitika yang tidak hanya membahas dokumen, tetapi juga gaya kepemimpinan dan pola perilaku kekuasaan Jokowi.
Meski UGM, Polri, dan bahkan guru besar sudah menyatakan ijazah Jokowi asli, buku ini kemungkinan akan kembali memicu diskusi publik, baik di ranah akademik maupun politik.
“Buku ini akan menjadi pembela kami jika suatu hari kami sulit bicara. Dan ia akan terus berbicara, bahkan tanpa kami,” tutup dokter Tifa.
Sumber: disway
Artikel Terkait
Bukan Hanya AHY, Begini Tatapan Tajam Bahlil Saat Tak Disalami Gibran
Insiden Gibran Tak Salami Menteri Bukti Relasi di Kabinet Tidak Kuat
Pemberian Abolisi-Amnesti Diduga jadi Penyebab Perubahan Sikap Gibran
Menarik! Gestur Dingin Gibran ke AHY: Sinyal Benturan Geng Solo vs Geng Pacitan Menuju 2029?