POLHUKAM.ID - Gelombang aksi 25 dan 28 Agustus berubah menjadi rusuh yang mengakibatkan seorang pengemudi ojek online tewas setelah dilindas mobil barakuda Brimob.
Video itu viral, mengundang iba sekaligus amarah publik. Tak terhitung jumlah korban luka. Ratusan orang ditangkap aparat.
Teriakan “Turunkan Prabowo!” menggema di jalan-jalan. Semakin kencang.
Bagi sebagian kelompok, inilah momentum emas untuk mendelegitimasi presiden baru yang belum genap setahun menjabat.
Di tengah duka dan amarah itu, Laskar cinta Jokowi muncul. Mereka menuntut Prabowo mundur.
Alasannya: gagal menjaga keselamatan rakyat. Sekilas tampak heroik.
Namun publik yang kritis pasti bertanya: mengapa tuntutan serupa tak pernah keluar ketika tragedi jauh lebih dahsyat menimpa rakyat di era Jokowi?
Jubir Presiden Abdurrahman Wahid, Adhie Massardi angkat bicara terkait hal ini saat dihubungi.
Adhie Massardi meminjam istilah catur Rokade dalam kejadian peristiwa ini.
“Meminjam istilah catur, “Jokowi and the Gang” terus membangun suasana panas di masyarakat dan menyerang pemerintah untuk memaksa Prabowo melakukan rokade bukan untuk melindungi Raja tapi untuk menaruh Raja di pojok kekuasaan…,” kata Adhie Massardi kepada Redaksi saat dihubungi Jakartasatu, Jum’at 29/8/2025.
Artikel Terkait
Puan Maharani Bongkar Masalah Utang Whoosh: DPR Akan Usut Tuntas!
Prof Henri Balik Badan Bongkar Rekayasa Gibran Cawapres: Saya Kecewa dengan Jokowi!
Misteri Dewa Luhut di Balik Proyek Whoosh: Rahasia yang Baru Terungkap
Fakta Mengejutkan di Balik Proyek Whoosh: Dugaan Markup Rp 60 Triliun dan Potensi Kerugian Negara