Lima Orang Yang Bisa Membebaskan Prabowo Dari Cengkeraman Geng SOP (Solo Oligarki Parcok)

- Jumat, 19 September 2025 | 20:30 WIB
Lima Orang Yang Bisa Membebaskan Prabowo Dari Cengkeraman Geng SOP (Solo Oligarki Parcok)




POLHUKAM.ID - Pengamat politik Muhammad Said Didu mengungkap strategi Presiden Prabowo dalam membebaskan diri dari cengkeraman geng Solo Oligarki Parcok” (“geng SOP”) yang selama ini mengendalikan pemerintahan.


Dalam analisisnya, Said Didu mengibaratkan perjuangan Prabowo seperti “memakan bubur panas” yang harus dimulai dari pinggir, tidak langsung dari tengah agar tidak membakar lidah. 


Menurutnya, Prabowo kini telah memiliki lima “sendok” strategis untuk menghabisi geng SOP.


Lima “sendok” itu adalah pertama, Djamari Chaniago. Didu sebut Menko Polkam ini untuk mengendalikan kepolisian.


Pengangkatan mantan komandan Prabowo sebagai Menko Polkam dinilai langkah cerdas. 


“Djamari Chaniaga yang dulu memecat Prabowo sebagai Jenderal TNI, kini justru menjadi kepercayaan Prabowo untuk membenahi kepolisian,” kata Said Didu di kanal YouTube-nya yang diunggah Kamis (18/9/2025).


Kedua adalah Menhan, Sjafrie Sjamsoeddin. Didu sebut sebagai sendok kedua—untuk merebut aset negara.


“Menteri Pertahanan (Menhan) yang juga teman dekat Prabowo ini diberi tugas strategis mengambil alih aset-aset negara yang dikuasai oligarki secara ilegal. Target utama: 5 juta hektar kebun kelapa sawit ilegal dan 4,3 juta hektar tambang ilegal,” kata Didu


Ketiga adalah Ahmad Dofiri. Didu sebut sebagai sendok ketiga—reformasi kepolisian.


“Mantan eks Wakapolri yang memecat Sambo ini ditunjuk sebagai penasihat khusus untuk reformasi kepolisian sinyal kuat Prabowo ingin membersihkan kepolisian dari dalam,” kata Said Didu.


Adapun sendok keempat adalah Purbaya. Ia disebut akan membuka kotak pandora.


Menteri Keuangan baru ini diharapkan membongkar ‘monopoli kebenaran’ kebijakan ekonomi Sri Mulyani yang dinilai telah merusak perekonomian Indonesia selama 20 tahun lebih.


Terakhir sebagai “sendok kelima” adalah Rosan Roslani. Ia akan membenahk BUMN.


“Dengan pemberhentian Erick Thohir, kendali BUMN kini sepenuhnya berada di tangan Danantara di bawah komando Rosan Roslani untuk menutup pintu masuk geng Solo ke BUMN,” kata Didu.


Kendati begitu, kata Didu, Prabowo masih membutuhkan dua sendok lagi untuk menuntaskan “bubur panas” SOP. Yaitu: Sendok Penegakan Hukum. 


Posisi menteri hukum masih lemah dengan Yusril Ihza Mahendra yang dinilainya “sangat susah dipegang” dan sering berubah pendirian; dan Sendok Pemberantasan Korupsi. 


Jaksa Agung Burhanuddin dan KPK masih menggunakan “sendok lama” yang merupakan bagian dari geng Solo.


Said Didu mencatat beberapa “jendela” geng SOP yang sudah ditutup Prabowo, dengan diberhentikannya Budi Arie Setiadi, Kepala PCO Hasan Hasbi, dan Erick Thohir dari BUMN.


“Setelah semua ini selesai dalam satu tahun, Prabowo harus berani merampingkan kabinet yang terlalu gemuk dari 48 menjadi 30-32 menteri,” tegas Said Didu.


Ia juga menyoroti masih adanya “bumbu-bumbu” Jokowi dalam kabinet seperti Bahlil Lahadalia dan Zulkifli Hasan yang berpotensi mengganggu agenda reformasi Prabowo.


Didu mengingatkan bahwa sejak Prabowo mulai mengganti geng Solo, banyak pendukung palsu yang mulai memaki-maki presiden. 


“Mereka bukan pendukung Prabowo, tapi pendukung Jokowi dan Gibran,” tegasnya.


Pengamat senior ini berharap dalam tahun kedua kepemimpinannya, Prabowo dapat fokus menata kehidupan politik dengan merevisi Undang-Undang Partai Politik untuk mengembalikan kedaulatan kepada rakyat.


“Sistem politik sekarang sudah merusak bangsa dan negara. Perusak terbesar adalah partai politik dan politisi,” tutup Said Didu dalam analisisnya. 


Sumber: JakartaSatu

Komentar