Korporasi Bisnis dan Ulama Bakal Dominasi Ajang Pemilu 2024?

- Selasa, 17 Mei 2022 | 15:30 WIB
Korporasi Bisnis dan Ulama Bakal Dominasi Ajang Pemilu 2024?

Research Director of IndoNarator, Harsam mengatakan tak dipungkiri lagi bahwa kemenangan Jokowi-Ma’ruf Amin pada Pemilu 2019 adalah berkat dukungan para ulama. Hal ini dapat dibuktikan melalui sejumlah bukti yang tidak terbantahkan.

Baca Juga: Rocky Gerung Soroti Koalisi PAN, Golkar dan PPP, Sebut Keluar dari Kekuasaan!

"Tentu masih ingat bagaimana para kiai dan ulama se-Jakarta Pusat yang dengan suara bulat mendeklarasikan diri mendukung pasangan Cawapres Jokowi-ma’ruf pada Rabu, 7 November 2018 lalu di kediaman Ma’ruf Amin, Menteng Jakarta,"kata Harsam dalam keterangan resminya, Selasa (17/5/2022)

Dukungan yang sama datang dari beberapa ulama dari Jakarta Barat. Selanjutnya, gelombang dukungan ulama juga datang dari Jawa Barat, meskipun wilayah Jabar sendiri sejatinya merupakan kantong suara pasangan Prabowo-Sandi.

Terkait dukungan ulama dari Jabar ini bahkan diakui Jokowi sendiri saat berorasi di Pusbandai, Cikembar, Sukabumi pada 12 April 2019. Ia menyebut, perolehan suara di Jabar berkat peran ulama, kiai, khabib dan tokoh agama.  

Tidak hanya itu, kata Harsam, dua provinsi yang jadi lumbung suara Jokowi-Ma’ruf, Jawa Tengah dan Jawa Timur juga berkat peran dan dukungan ulama.

Hal Ini dibuktikan berdasarkan riset yang dilakukan Sihidi, Roziqin, & Suhermanto dalam Pertarungan Populisme Islam dalam Pemilihan Presiden 2019 (2020) bahwa kemenangan Jokowi-Ma’ruf di di Jawa Tengah dan Jawa Timur karena menguatnya dukungan Nahdatul Ulama (NU) dan kaum nasionalis.

Baca Juga: Disebut Punya Strategi Tepat, Mas AHY Ajak Masyarakat Dukung Edy Rahmayadi Membangun Sumut

"Hanya saja, mayoritas ulama pendukung Jokowi-Ma’ruf di kedua wilayah itu tergolong ulama garis moderat,"katanya

Menurutnya, hal ini juga bertolak belakang dengan ulama pendukung Prabowo-Sandi yang mayoritas merupakan kelompok islam puritan (garis kental). Berbeda dengan Jokowi-Ma’ruf, basis suara Prabowo-Sandi justru Aceh, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Jawa Barat dan Banten. Daerah-daerah yang disebutkan terakhir itu berdasarkan kategorisasi Sihidi, Roziqin, & Suhermanto (2020) tergolong dalam kelompok islam puritan.

Selain itu, fakta menarik lainnya yang perlu dicermati ialah peran penting korporasi bisnis atau para konglomerat di balik suksesi Pemilu, termasuk Pemilu 2019 silam.

Baca Juga: Abdul Somad Dikabarkan Dideportasi dari Singapura, Ngaku Sempat Ditahan di Ruang Mirip Penjara!

Harsam mencontohkan sebagai gambaran, kemenangan Jokowi pada Pilpres 2019 tidak terlepas dari dukungan para konglomerat, mulai dari Erick Thohir, Hary Tanoesoedibjo, Surya Dharma Paloh  dan lainnya. Dukungan serupa juga terjadi pada pasangan Prabowo-Sandi.

"Sosok Hashim Djojohadikusumo, Sandiaga Uno, Tommy Soeharto adalah deretan konglomerat yang ikut menyokong cost politik Prabowo-Sandi,"katanya

Kedua fakta empirik tersebut menarik untuk dicermati pada Pemilu 2024 mendatang. Namun, pencermatan kali ini bukan difokuskan pada pengerahan dukungan politik, melainkan pada potensi pertarungan terbuka di antara kedua entitas sosial.

Dia menilai pertarungan ulama dan korporasi bisnis pada momentum Pemilu 2024 sukar dihindari. Prediksi ini bukan tanpa dasar. Baik para ulama maupun konglomerat merupakan dua entitas dengan pengaruh besar terhadap elektoral politik. Jika kekuatan korporasi ada pada basis material (finansial), maka kekuatan ulama ada pada basis sosial (massa).

Kedua sumber kekuatan baik material maupun sosial merupakan basis kekuatan penentu suksesi Pemilu. Oleh karena itu, ada adagium, siapa yang ingin memenangkan kontestasi elektoral, maka ia mau tidak mau harus memiliki kekuatan baik sosial maupun kapital/material/finansial.

Baca Juga: Bantah Terima Bantuan dari Anies, Sinode Gereja Bethany: Kami Netral, Tak Ikut Politik Praktis!

"Tanpa bermaksud melebih-lebihkan, jika keduanya tidak dimiliki seorang kontestan utamanya kontestan RI 01, maka sudah dipastikan ia akan kalah dalam hal apapun,"ungkapnya

Khusus peran ulama, lanjut Harsam, bukan rahasia lagi bahwa ulama merupakan tokoh agama dengan jumlah pengikut yang besar sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap pemberian suara (voting).

Ulama adalah figur dengan basis massa yang pasti karena mayoritas adalah pemilik pondok pesantren atau memiliki jamaah dalam jumlah yang besar. Selain itu, pengaruh ulama juga tidak bisa dipandang sebelah mata karena ulama kerap menjadi subjek yang didengar, dituruti, dan diikuti setiap perkataan ataupun tindakannya.

Baca Juga: Pengamat Duga Koalisi Indonesia Bersatu untuk Ganjar, Jokowi dan Luhut Berperan

"Maka itu, tidak heran apabila suara ulama sangat menentukan,"tegasnya

Seperti diketahui, jumlah anggota Nahdlatul Ulama (NU) saja, berdasarkan survei yang dilakukan LSI Denny JA  sebanyak 108 juta orang atau sekitar 49,5 persen dari 87 persen penduduk muslim di Indonesia.

"Dengan jumlah anggota sebanyak itu, tidak heran jika NU kerap jadi magnet bagi para kandidat untuk kepentingan kalkulasi suara di Pemilu,"katanya

Halaman:

Komentar

Terpopuler