"Di seluruh dunia itu nggak ada itu menteri kampanye, nggak ada. Cuma di Indonesia menteri kampanye nyela dari kabinet terus pergi kampanye, cuma ada di Indonesia," kata Fahri dalam diskusi daring, Rabu (18/5/2022).
Tidak hanya itu, Fahri menilai hanya di Indonesia partai politik mengontrol parlemen dalam sistem presidensialisme. Dalam sistem presidensialisme seluruh anggota parlemen apapun partainya seharusnya adalah oposisi. "Sehingga anggota DPR nggak bisa dikontrol oleh pemimpin partai yang masuk kabinet," ujarnya.
Fahri mengatakan langkah menteri berkampanye merupakan tindakan liar yang harus dihentikan. Karena itu ia mengimbau agar Presiden Jokowi menghentikan para menteri yang bermanuver jelang pilpres.
"Tapi kalau presiden membiarkan sementara presiden melorot approval rate-nya, elektabilitasnya jatuh, ya memang harus ada yang mengatakan kepada presiden ini salah," ucapnya.
Wakil ketua DPR periode 2014-2019 itu juga mengusulkan agar jadwal pilpres perlu dikoreksi kembali. Menurutnya pemilihan legislatif harusnya dilakukan terlebih dahulu supaya tiket pencapresan baru muncul belakangan.
"Jangan orang-orang yang merasa pegang tiket ini sudah merasa bahwa dia pasti akan menjadi calon presiden yang akan datang," ujarnya.
"Jadi 50 Persen nyawa kita sebagai pemilih hilang. Karena orang-orang ini sudah merasa dia yang akan menjadi karena sudah pegang tiket kadaluarsa dari masa lalu itu, gitu lho," imbuhnya.
Sumber: republika.co.id
Artikel Terkait
Buni Yani: Jokowi Tes Loyalitas Kapolri dengan Kasus Ijazah
Dikritik Rocky Gerung Berpikiran Dangkal, Dedi Mulyadi: Daripada Berpikiran Dalam Malah Buat Orang Tenggelam
Blak-Blakan! Jokowi Bicara Soal Nama Masa Kecilnya: Mulyono atau Purwoko?
Kontroversi Ijazah Jokowi: Mengapa Jokowi Masih Jadi Headline Setiap Hari Meski Tak Lagi Menjabat?