Dengan demikian, pernyataan Rocky Gerung pun langsung disambut oleh pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago.
“Jadi Prabowo-Yusril cocok ya?,” tanya Pangi yang juga sebagai narasumber bersama Fahri Bachmid, Bivitri Susanti, Rocky Gerung.
"Ya ya cocok" jawab Rocky Gerung.
Ahli Hukum Tata Negara Bivitri Susanti juga mengamini kelihaian Yusril terhadap Presiden Soeharto.
Bivitri pun menceritakan sosom Yusril, yang sebagai pembuat teks pidato Soeharto ketika meninggalkan jabatannya.
Di pidato itu, Soeharto menyebutkan bukan mengundurkan diri sebagai Presiden, melainkan berhenti.
Secara hukum, makna mengundurkan diri dan berhenti itu memiliki arti yang berbeda.
Disini lah menurut dia kelihaian seorang Yusril menjaga wibawa Presiden Soeharto kala itu.
"Pidato Soeharto itu bukan mengundurkan diri, tetapi berhenti. Itu yang bikinin Pak Yusril. Kalau mundur artinya sudah tidak sanggup. Berhenti ya berhenti, karena tidak mendapatkan lagi mandat rakyat" ungkap Bivitri.
Sementara itu, Pakar Hukum Fachri Bachmid mengusulkan pentingnya dibentuk regulasi berupa Undang Undang Transisi Kekuasaan Presiden.
Isinya, mengatur kekuasaan untuk menjaga marwah mantan Presiden dan Wakil Presiden.
"Jangan hukum menjadi alat gebuk. Tradisi ini harus kita hentikan,” katanya.
Harapannya, ke depan ada pengaturan baik dalam hukum positif agar ini dilakukan secara beradab.
"Transisi bisa memberikan kepastian dan kesinambungan. Jangan jadi ajang balas dendam" tutupnya.
Sumber: wartakota
Artikel Terkait
Puan Maharani Bongkar Masalah Utang Whoosh: DPR Akan Usut Tuntas!
Prof Henri Balik Badan Bongkar Rekayasa Gibran Cawapres: Saya Kecewa dengan Jokowi!
Misteri Dewa Luhut di Balik Proyek Whoosh: Rahasia yang Baru Terungkap
Fakta Mengejutkan di Balik Proyek Whoosh: Dugaan Markup Rp 60 Triliun dan Potensi Kerugian Negara