Iran Menyongsong Perang Menentukan dan Mungkin yang Terakhir Melawan Israel

- Selasa, 19 Agustus 2025 | 16:15 WIB
Iran Menyongsong Perang Menentukan dan Mungkin yang Terakhir Melawan Israel


POLHUKAM.ID - 
Iran dilaporkan tengah membangun ulang militer mereka sebagai persiapan menyongsong perang lanjutan melawan Israel. Hal itu diungkapkan penasihat Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, Yahya Rahim Safavi, yang menilai bahwa Iran dan Israel saat ini sebenarnya tidak dalam kondisi gencatan senjata.

"Kami tidak dalam gencatan senjata, kami dalam posisi berperang. Tidak ada protokol, regulasi atau perjanjian yang telah ditulis diantara kami dan AS atau Israel," ujar Safavi kepada media Iran, Ahad (17/8/2025) dilansir the New Arab.

"Saya pikir perang akan terjadi lagi, dan setelah itu, mungkin tidak akan ada lagi peperangan," ujarnya menambahkan.

Kapabilitas militer dan fasilitas nuklir Iran diyakini mengalami kerusakan pascaperang 12 hari, dan menurut Safavi, sangat penting bagi negaranya untuk mengembalikan kemampuan militernya dalam menangkal musuh.

"Amerika dan Zionis mengatakan mereka menciptakan perdamaian lewat kekuatan; sehingga, Iran juga harus menjadi kuat, karena dalam sistem alamiah, yang lemah akan diinjak-injak." kata Safavi.

"Kami harus memperkuat diplomasi, media, rudal, drone dan strategi serangan siber. Kami, militernya, menjalankan skenario-perencanaan, kami melihat skenario terburuk, dan kami menyiapkan sebuah rencana untuk itu."

Wakil Presiden Mohammad Reza Aref mengatakan, Iran tidak menginginkan perang, tapi dalam hal musuh memulainya, adalah Iran yang akan memutuskan soal bagaimana dan kapan mengakhiri perang itu. Berbicara dalam sebuah pertemuan dengan para presiden dari universitas-universitas besar Iran di Teheran, pada Senin (18/8/2025), Aref mengatakan, "Hari ini, kita dalam keadaan akibat dari sebuah perang. Kita tidak dalam gencatan senjata, tapi pada penghentian sementara aksi militer, sehingga kita harus bersiap berkonfrontasi dengan musuh kapan pun." 

"Tentunya, strategi kita adalah untuk menyelesaikan masalah lewat negosiasi, tapi kami khawatir apakah pihak lawan percaya pada negosiasi atau tidak," ujar Aref menambahkan.

Aref menambahkan, bahwa kekuatan Barat berupaya mendikte kebijakan mereka terhadap negara-negara lain. Namun, Iran tegak berdiri melawan.

"Ini adalah bagaimana bentuk dari hak asasi manusia dan perdaban Barat," kata Aref, sambil menambahkan, bahwa, "Kami tidak mencari perang, tapi strategi kami adalah jika mereka memulai, akhir (kemenangan) perangnya akan menjadi milik kita."

Pada Senin, Wakil Komandan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) Brigadir Jenderal Ali Fadavi mengatakan, bahwa Israel telah melakukan miskalkulasi saat perang 12 hari melawan Iran. "Zionis musuh dan Amerika Serikat masuk dalam peperangan dengan kekuatan penuh, namun menderita salah perhitungan dengan mengira mereka akan sukses padahal tidak," kata Fadavi dilaporkan Press TV dilansir Mehr News.

Fadavi mengungkapkan, pada hari-hari pertema peperangan, terjadi komunikasi antara pemipin kawasan dan Israel. Namun setelah perang berlangsung beberapa hari, situasi peperangan berpihak pada Iran.

Mengingatkan miskalkulasi musuh, Fadavi menegaskan, "Jika tren ini berlanjut, mereka akan segera menyadari gravitasi dari kesalahan mereka."

Fadavi menambahkan, bahwa melintasnya rudal-rudal Iran di langit Irak lalu menghantam titik-titik kritis di Israel selama perang 12 hari mendemonstrasikan kemenangan Iran. Dia juga mengatakan, sejak Republik Islam Iran berdiri pada 1979, "Permusuhan dari kekuatan arogan global, khususnya AS dan sekutunya, telah muncul setiap hari terhadap Republik Islam Iran."

Pada Kamis (26/6/2025), Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mendeklarasikan kemenangan Iran atas Israel setelah perang yang berlangsung selama 12 hari sejak 18 Juni 2025. Dia juga mengatakan bahwa Teheran yakin telah memenangkan konfrontasi dengan Washington, menyusul serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran. 

Israel dilaporkan khawatir atas meningkatnya kerja sama militer antara Iran dan China. Seperti laporan Yedioth Ahronoth dilansir the Cradle, Jumat (15/8/2025), kekhawatiran di kalangan elite Israel itu muncul terkait kerja sama Iran dan China dalam hal produksi rudal jarak jauh dari darat-ke-darat.

Dalam laporan Yedioth Ahronoth juga disebutkan bahwa badan-badan intelijen Barat, khususnya Eropa mengawasi dengan seksama kerja sama antara Teheran dan Beijing itu.

"Kami tidak tahu niat China, dan kami telah mengirim pesan jelas kepada mereka, tapi Beijing tidak mengonfirmasi bahwa mereka berniat memasok Iran dengan rudal darat-ke-darat," ujar pejabat Israel dikutip Yedioth Ahronoth.

Menurut laporan, China "saat ini sedang membangun kembali kemampuan rudal Iran." Pada akhir Juli, Duta Besar Israel untuk Amerika Serikat (AS), Yechiel Leiter, mengingatkan, bahwa terdapat tanda-tanda 'meresahkan' dari dukungan China terhadap upaya Iran membangun kembali dan merestok rudal-rudal mereka pascaperang 12 hari melawan Iran pada Juni.

"Ada lalu lintas yang mengganggu kami.. dan kami ingin memastikan bahwa kami tidak berurusan dengan (senjata) kimia dan kemampuan (Iran) untuk menyusun kembali program rudal balistik," kata Leiter dalam wawancara dengan Voice of America.

Sumber: republika

Komentar