Lebih lanjut Bustanul Arifin mengatakan, peningkatan produktivitas pangan dan pertanian melalui penggunaan input kimia yang lebih rendah dan pemberdayaan petani kecil.
“Langkah peningkatan produktivitas, tidak hanya relevan untuk pangan pokok beras, jagung, minyak nabati, tapi juga hortikultura bernilai tinggi,” paparnya.
Selain itu, perubahan teknologi pertanian termasuk bioteknologi modern dan bahkan produk rekayasa genetika (PRG) atau genetically modified organism (GMO). Namun, lanjut Bustanul Arifin, tidak banyak pihak atau pengambil kebijakan yang siap mengadopsi dan mengembangkan produk rekayasa genetika untuk sistem pangan-pertanian karena sikap kekhawatiran yang berlebihan.
Perbaikan kesehatan tanah (soil health) untuk mendukung strategi sistem pangan tangguh dan berkelanjutan (SRFS), misalnya, melalui pengembangan pertanian organik, kombinasi, serta keseimbangan penggunaan pupuk organik dan lainnya.
“Transformasi sistem pangan amat diperlukan untuk berkontribusi strategi antisipasi dan mitigasi menghadapi krisis pangan yang sebenarnya,” ujarnya.
Sumber: republika.co.id
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid