Sebagai Presidensi G20, Indonesia ingin mengoptimalkan peluang percepatan transisi energi melalui pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT). "Tentu kita ingin ada manfaat. Kita akan susun beberapa inisiatif project yang dikompilasikan di sherpa. Namun, sebagai Presidensi kita juga harus memikirkan (kepentingan) grup, tidak bisa memikirkan diri sendiri," tegas Yudo.
Salah satu project yang tengah menjadi pembahasan di G20 adalah usulan Brasil atas Biofuels Platform. "Jadi, ini itu satu kerja sama di G20 dan di luar G20 untuk menggunakan bioenergi di masa mendatang. Semua dipelajari, mana yang bisa diterima oleh semua anggota," tutur Yudo.
Indonesia sendiri tengah mengusulkan program carbon capture di project Tangguh, Papua Barat. Yudo menambahkan, nilainya cukup besar kira-kira butuh US$3 miliar. "Kita mengusulkan sekonkret mungkin baik secara tekstual maupun hasil," tambah Yudo.
Ia menegaskan, dukungan finansial dan teknologi dari negara maju menjadi hal penting untuk mengimplementasikan transisi energi secara global. Hal Ini yang akan didorong terus di G20.
"Sidang besok Jerman akan bicara sebagai Presidensi G7, kita mendorong Just Energy Transitions Partnership (JETP)," tutup Yudo.
Sebagai informasi, model kerja sama JETP sudah pernah dilaksanakan oleh Afrika Selatan dengan Amerika Serikat, Prancis, dan Jerman. Kemitraan tersebut bertujuan mengakselerasi dekarbonisasi industri Afrika Selatan dengan fokus sistem kelistrikan dengan initial commitment sebesar US$8,5 miliar pada tahap pertama.
Sumber: suara.com
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid