Draf Compact sendiri merupakan arah strategis bagaimana mendorong bauran energi dan upaya pengendalian perubahan iklim bersama-sama. "Rancangan tersebut juga bertujuan untuk mengintegrasikan keamanan energi mengingat krisis energi global yang sedang berlangsung," jelas Yudo.
Menghadapi krisis energi akibat geopolitik, Forum Energi G20 kali ini juga membuka peluang untuk meningkatkan skema kerja sama internasional. Kesempatan ini sekaligus dijadikan untuk mempercepat proses transisi energi bersih di masing-masing negara.
"Ketahanan energi ini menjadi lebih penting karena saat ini rantai pasok sedang terganggu. Makanya, kami ada model baru dari kerja sama yaitu, Just Energy Transitions Partneship (JETP). Tapi banyak skema baru tidak hanya JETP, ada juga skema kerja sama komitmen keuangan," ungkap Yudo.
Ia mengungkapkan, salah satu bentuk kerja sama konkret dalam pembahasan sidang adalah tentang pasar gas. "Economic Research Institute of ASEAN and East Asia (ERIA) tadi menyarankan perlu membuat pasar gas di kawasan regional, spot market juga. Ini butuh komitmen supaya harga bisa lebih terjangkau [affordable]. Jadi ini diupayakan jadi masuk dalam Komunike," tambahnya.
Yudo menekankan dengan adanya sidang ini diharapkan ada kesepakatan global (global deal) sebelum menjadi Komunike. "Mudahan-mudah akan mengkristal sebelum ETWG di Bali. Sejauh ini hasilnya sangat menggembirakan," tutup Yudo.
Sumber: jpnn.com
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid