Pertama, efisiensi energi menjadi kunci utama dalam mencapai tujuan Paris Agreement. Efisiensi energi pada sektor hilir diperkirakan berkontribusi hingga sekitar 40 persen dari total emisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.
"Namun, usaha untuk memanfaatkan proyeksi ini mengalami kemunduran akibat dampak pandemi Covid-19 pada ekonomi global," ujar Yudo dalam webinar Energy Efficiency: Scaling Up Strategies for Sustainable and Decarbonized Industries, seperti dikutip dari Youtube Kementerian ESDM, Kamis (30/6/2022).
Alasan kedua, imbuhnya, efisiensi energi juga menjadi kunci dalam membuat sektor industri lebih berkelanjutan dan efisien. UNIDO telah memperkirakan sekitar 70% emisi gas rumah kaca berasal hanya dari lima subsektor industri, yaitu industri semen, baja, alumunium, kimia, dan kilang minyak.
Industri semen dan baja sendiri merupakan penghasil CO2 terbesar, di mana semen juga merupakan produk yang paling banyak dikonsumsi dunia nomor dua setelah air. Sektor-sektor itu juga dikenal sebagai sektor yang 'hard-to-abate', sulit untuk didekarbonisasi.
"Melihat data tersebut, kita sebagai komunitas internasional dan G20 memiliki perhatian yang sama atas bagaimana kita dapat mengurangi emisi pada sektor industri secara efektif, termasuk 'hard-to-abate', heavy industries," tuturnya.
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid