"Karena banyak yang mengeluh juga, jangankan PH asing, produser lokal juga banyak yang mengeluh karena harus keluar biaya pengamanan, biaya ketertiban, biaya kebersihan, dan lain sebagainya. Akhirnya, semua menumpuk dan mengakibatkan biaya yang tinggi untuk syuting film di suatu lokasi," jelas Sandiaga.
Padahal kekuatan film sebagai salah satu sarana promosi pariwisata dan ekonomi kreatif sangat tinggi. Seperti film Eat, Pray and Love yang pada tahun 2010 mengambil lokasi syuting di Bali dan melibatkan aktor-aktris Tanah Air. Film yang dibintangi Julia Roberts itu kemudian tayang di seluruh dunia dan menjadi sarana promosi yang sangat efektif bagi Bali.
Menparekraf berharap, dengan langkah kolaborasi agar lebih banyak lagi film-film dunia, kelas internasional bisa datang ke sini karena akan bisa jadi sebuah ajang promosi untuk produk pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia.
"Dampaknya kunjungan ke Bali khususnya kawasan Ubud meningkat tajam, terutama berkaitan dengan gastronomi karena di situlah ada Ubud Food Festival ke depan. Juga film Ngeri-Ngeri Sedap yang syuting di Danau Toba, itu sangat luar biasa dampaknya terhadap pariwisata," kata Menparekraf Sandiaga.
Sumber: republika.co.id
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid