Jadi kita buka kotak pandora, kita kasih waktu tiga tahun. Itu menjadi pertanyaan luar biasa buanyaak sekali. Cina bertanya, kok Kamu yakin tiga tahun bisa balik lagi disiplin fiskalnya? Wah ini Indonesia bakalan seperti Amerika Latin.
When you press deficit fiscal 3 %, then politician pasti akan senang menuntut defisit terus. Karena itu cara yang gampang. Orang boleh tidak suka sama utang, tapi orang lebih senang utang daripada bayar pajak.
Jadi, buat saya secara pribadi itu suatu risiko yang luar biasa besar. Kemampuan kita untuk meng-anchor dalam tiga tahun harus kembali lagi di bawah 3 %.
Kalau Anda tanya ke saya, mikir-nya bagaimana? Saya cuma mengatakan, satu, baca di google, kasus flu spanyol itu dua tahun. Jadi tambah satu tahun, cukuplah, bismillah. Terus ditanya yakin bisa, ya tidak tahu. Jadi bicara yakin, itu ya tidak tahu.
Waktu rating agency tanya ke saya, how do you know that the deficit in three years to going back? I don’t know, do you know? Saya bilang any body the world tahu? Tidak ada yang tahu. Tapi kalau kita sama-sama tidak tahu ya jangan di-discourage-lah.
Dalam artian, the most important event we don’t know adalah signalling. Signalling bahwa Indonesia tahu ini adalah extra ordinary, bahwa ini emergency. Dan emergency itu tidak boleh menjadi ordinary. Kalau emergency jadi ordinary ya setiap hari darurat terus. Itu rusak.
Kita harus mendefinisikan emergency itu, extra ordinary. Dan extra ordinary harus ada batasnya. Karena kalau kita biasakan extra ordinary pasti rusak disiplin itu. Dan bagi saya tiga tahun itu cukup untuk mewadahi yang disebut kedaruratan.
Apakah ada peristiwa di Tanah Air yang bisa jadi cermin?
Saya lihat patern-nya Indonesia di dalam mengelola tata kelola, mulai dari tsunami Aceh, dan lain-lain. Biasanya kalau sudah lewat setahun, publik sudah terbiasa, maka kita sudah bisa memunculkan rasionalisasi.
Pertama kan panik. Kalau ada musibah, yang disebut kedaruratan pertama itu rasionalitas pasti tidak ada, yang penting menyelamatkan orang terlebih dahulu. Kalau sudah tahun kedua itu mulai mengenal. Tahu ada korban, ada ini, tapi mulai bisa menata. Tahun ketiga harusnya sudah mulai pulih. Itu kalau Anda menanya ke saya kenapa Perppu No 1 menjadi Undang-Undang Nomor 2. Itulah game changer.
Dan di dalam itu pun tidak sempurna. Tapi itu adalah templet untuk kita bisa merespons kedaruratan, ancaman kemanusiaan, ancaman keselamatan jiwa, ancaman ekonomi, ancaman stabilitas sosial, ancaman politik yang luar biasa.
Ada juga yang bertanya kenapa ini keluar duluan padahal undang-undang emergency-nya enggak ada, seolah-olah hidup itu ideal. Yang namanya emergency udah jalanin duluan saja. Itu the first game changer.
Derivasinya dari itu ya termasuk our ability to response secara fleksibel. Menteri Kesehatan belum punya ide, kita buka anggaran berapa. Tapi saya bilang kamu enggak punya limit budget. Apa pun yang kamu butuhkan, saya sediakan. Itu untuk membuat mereka mampu memobilisasi semuanya.
Hal ini termasuk dalam anggaran penyediaan vaksin?
Yang harus kita angkat topi adalah Amerika. Mereka langsung memberi budget luar biasa, makanya langsung semisal Pfizer dan lain-lain. Cina jelas punya Sinovac.
Kita tahu, pasti waktu vaksinnya diproduksi berebut karena semua tidak tahan ekonominya mandek. Dan yang mau bikin bertanya, siapa negara yang mampu untuk memesan duluan.
Dalam hal ini, saya karena punya jaringan internasional, Melinda Gates dan lalin-lain, melalui GAPVI, saya bilang sama Bu Menlu, lobi sana, saya ngomong sama Melinda Gates supaya kita bisa mendapatkan karena kita big enaugh country.
Harganya US$ 5. Kita tidak tahu US$ 5 itu justified atau tidak waktu itu. Tapi dia bilang mulai dari initial price US$ 5. Kita tidak tahu kalau permintaanya makin gede bisa jadi US$ 7, 9, 10. Luar biasa dari sisi acountability.
Bagaimana mengenai akuntabilitas ini, terutama jika dilihat di masa yang akan datang?
Saya sebagai bendahara negara sudah berpengalaman menghadapi krisis 2008/2009. Setiap pembahasan kabinet saya bilang, oke kita diskusi ini ya Bapak Presiden. Tapi jangan lupa tahun depan waktu diaudit, mereka tidak tahu kita waktu sedang bikin keputusan kayak begini.
Si auditor cuma bilang, kenapa harganya US$ 5, kenapa jadi US$ 8, jadi 9? Jadi dari awal, kita sudah sangat aware pasti nanti ditanya. Makanya, Kejaksaan Agung, kepolisian, BPKP dilibatkan.
Bayangkan, dalam sebuah negara menangani krisis, kita sudah antisipasi akan diaudit. Negara lain mana ada, yang penting bat-bet bat-bet saja, wong kejar-kejaran. Ini cuma di Indonesia. Itu khikmahnya kita punya KPK, BPK, yang sudah sering babak belur waktu diaudit, dilihat, atau diperiksa. Itu ada gunanya walaupun karena itu annoying, tapi ya itu sesuatu mengingatkan kita.
Walaupun kebijakan ini extra ordinary tapi tetap terukur juga? Defisit di bawah 3 persen dalam tiga tahun terjadi.
Bahkan lebih cepat setahun. Sesudah 2022, ternyata defisit kita cuma di 2,47 persen. Mereka mengakui Indonesia bagus mengkonsolidasi fiskalnya. Dari awal mereka sudah amazie Indonesia punya ambisi tiga tahun balik, mereka amize bahwa kita bisa deliver, mereka lebih amize lagi kita bisa satu tahun lebih cepat.
Bila dibanding semua negara, dragging saja. Begitu defisitnya, seperti Amerika itu menambah 10 persen dalam setahun di 2020. Makanya, waktu di sidang kabinet, saya ingat banget waktu membahas Perppu Nomor 1, “Kenapa Indonesia hanya 5 persen, cuma menambah 3 persen, itu Amerika bisa sampai menambah 10 persen?” Kalau menambah 10 persen, saya bisa dipukuli seluruh dunia sebagai ratu utang.
Amerika yang tidak punya limit untuk creat debt karena mereka bisa membiayai utangnya. Yang membuat concern cuma kongresnya saja, bukan karena masalah kemampuan untuk meminjam.
India juga melihat defisit Indonesia. Waktu kita di 6 persen, India hampir 9 persen. Waktu saya bilang, tahun kedua sudah turun di 4,7 persen, India masih di 7 persen. Waktu kemarin ketemu menteri India di Bangelore, dia masih sekitar 5 persen. Waah, ngejar Sri Mulyani susah juga.
Jadi, ya, senang lah kita lihat antar-menteri. We are doing the right thing, terukur dan terjaga, melakukan sesuatu yang kredibel. Karena membuka disiplin fiskal bukan sesuatu hal yang sepele, itu beban sejarahnya berat banget.
Sumber: katadata.co.id
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid